-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Angka Prevalensi Penyakit Jantung di Aceh Lebih Tinggi dari Nasional

04 Agustus 2018 | Agustus 04, 2018 WIB | Last Updated 2018-08-05T01:37:56Z

HN-Banda Aceh, Penyakit stroke atau penyakit jantung menyerang siapa saja dan tidak mengenal usia bahkan status sosial, baik itu kalangan ekonomi rendah bahkan orang yang berpunya. Indonesia memiliki angka penyakit jantung yang sangat tinggi tidak jauh beda antara negara-negara maju lainnya. Hal tersebut dikatakan sekretaris jenderal perhimpunan kardiologi Indonesia (Perki) Aceh Dr.dr. Heriansyah,Sp.JP(K)-FIHA kepada media ini usai kegiatan pembukaan seminar dan symposium 2th Cardiovascular Update yang di gelar di Hermes Palace Hotel Banda Aceh, Sabtu (4/7/2018).

Kepada media ini, dr. Heriansyah menyebutkan, angka prevalensi penyakit jantung di Aceh sangat tinggi di banding nasional yaitu antara angka 0,6 sampai 0,7 persen, sementara angka prevalensi di tingkat nasional yaitu 0,4 sampai dengan angka 0,5 persen. "Makanya ini harus kita lakukan, bagaimana kita menurunkan semua kejadian insidensi penyakit jantung ini," ujarnya.


Hari ini para dokter yang tergabung dalam PERKI Aceh menggelar Seminar dan symposium 2th cardiovascular Update dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta kualitas pelayanan di bidang jantung dan pembuluh darah kepada para dokter-dokter di seluruh Aceh, baik dokter spesialis maupun dokter dokter umum.

Kegiatan tersebut bertujuan agar para dokter umum maupun dokter spesialis dapat mengenali lebih awal, kemudian dapat mengedukasikan dan mencegah progresifitas agar masyarakat paham dengan kondisi-kondisi yang yang akan  meningkatkan resiko mengalami gangguan jantung dan pembuluh darah masyarakat .

Menurut dr Heriansyah, salah satu penyakit jantung ini merupakan disebabkan oleh pola hidup yang kurang sehat, termasuk merokok, banyak duduk di warung kopi. Kesemua hal tersebut akan berimbas tingginya insidensi penyakit jantung termasuk pada usia muda. "Inilah tujuan kita bagaimana kita bagaimana Memberikan pengetahuan yang lebih tinggi, wawasan yang lebih luas, bukan hanya pada dokter tetapi kepada paramedik termasuk juga mereka yang berkecimpung dalam miningkat pengetahuan kepada masyarakat baik di Puskesmas maupun di klinik pelayanan primer yang ada di seluruh Aceh," ujarnya.


Kekurangan Bed

Pasca soft Lonching klinik rehabilitasi jantung, kekurangan akan bed untuk merehabilitasi pasien penyakit jantung ini disebabkan oleh tingginya angka kedatangan yang tentu tidak sesuai kapasitas bed yang ada di rumah sakit rujukan (Rumah Sakit Umum dr. Zainal Abidin).

dr.Heriansyah menambahkan, untuk mengatasi tinggi angka kedatangan untuk pelayanan rehabilitasi jantung ini, yaitu dengan meningkatkan kualitas keilmuan atau Skill dari seluruh ahli kesehatan, dokter, paramedik di seluruh lini pelayanan di puskesmas, Rumah Sakit Kabupaten, dengan demikian akan menurunkan angka rujukan. "Jadi mereka para dokter bisa lebih cepat mengenal dan melakukan tatalaksana sehingga kondisi pasien cepat teratasi dan tidak harus merujuk ke Rumah Sakit tingkat provinsi," pungkas dr.Heriansyah.()
close