-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Alumni FAH UIN Ar-Raniry Gelar Mubes dan Reuni Akbar

28 Mei 2018 | Mei 28, 2018 WIB | Last Updated 2018-05-28T05:03:54Z

HN-Banda Aceh – Ikatan Alumni Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Ar-Raniry Banda Aceh menggelar Musyawarah Besar (Mubes) sekaligus reuni akbar, Sabtu (26/5/2018) yang dipusatkan di Fakultas Adab dan Humaniora kampus setempat. Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Dekan FAH UIN Ar-Raniry, Syarifuddin, MA Ph.D.

Ketua panitia pelaksana, Zahrul Fadhi Johan mengatakan selain sebagai ajang silaturahmi dan temu ramah alumni lintas generasi, juga untuk membentuk Ikatan Alumni Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry yang selama ini belum pernah dipersatukan dalam satu wadah ikatan.

“Pembentukan dan pemilihan ketua ikatan alumni ini merupakan salah satu agenda yang dirangkai pada reuni akbar dan buka puasa bersama serta santunan anak yatim tahun ini”,kata Zahrul Fadhi Johan saat memberi laporan kepanitian, Sabtu (26/5) di Aula FAH kampus setempat.

Pada Mubes tersebut, kata Zahrul, Safwan, S.Ag., MM terpilih sebagai ketua Ikatan Alumni Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry perdana. Setelah terpilih Safwan yang juga sebagai Kasie Pemberdayaan Sosial Perorangan dan keluarga pada Bidang Pemberdayaan Sosial di Dinas Sosial Aceh mengatakan bahwa setelah terbentuknya pengurus, pihaknya akan lebih fokus untuk memperkuat silaturrahmi antar alumni dan almamater

“Dalam waktu dekat kita menargetkan pendataan alumni dan penyusunan kepengurusan organisasi yang mampu mengorganisir keterwakilan setiap angkatan’,kata Safwan disela-sela kegiatan temu ramah alumni, Sabtu (26/5) malam.

Alumni FAH UIN Ar-Raniry harus mampu menciptakan “pasar” sendir

Sementara itu, salah seorang perwakilan alumni, H. Muhammad Nazar, S.Ag dan juga Mantan Wakil Gubernur Aceh periode 2007-2012 dalam orasi budaya, ia mengajak para alumni dan mahasiswa untuk terus bergerak dan berinovasi dalam menciptakan pasar sendiri, selain mengharapkan sedikit dan secuil dari Pemerintah Daerah maupun pusat.

“IAIN dengan berubah status menjadi UIN jangan sampai hanya sekedar untuk merubah kulit, sampul, simbol dan nama saja. Namun yang paling penting bagaimana UIN, dari jurusan apapun termasuk Fakultas Adab dan Humaniora agar memiliki nilai tambah, kompetitif, sesuai kebutuhan pasar dan pembangunan, bahkan harus mampu menciptakan cita rasa dan nilai pembangunan berperadaban dan berkualitas”,kata Muhammad Nazar.

Disamping itu, kata Nazar para mahasiswa yang masuk ke Fakultas Adab dan Humaniora secara umum sudah harus merubah orientasi dasarnya, jangan terjebak pada cita-cita menjadi PNS. Tetapi seluruh sisi pembangunan dan kehidupan perekonomian, sosial, budaya, agama dan kemasyarakatan haruslah menjadi target utama untuk kita jadikan lebih baik di masa mendatang.

“Dimulai dari partisipasi konseptual dan kebijakan hingga operasional di lapangan. Karena itu kerjasama dengan para pihak ke tiga di luar kampus harus dilakukan, termasuk dengan pemerintah daerah dan dunia swasta serta lembaga non pemerintah lainnya”,katanya.

Selain itu, alumni harus mampu menciptakan pasar dan inovasi. Termasuk strategi marketing yang bisa membuktikan nilai tambah seorang sarjana itu apa. 

“Pasar yang paling terbuka untuk jurusan apapun adalah kebebasan. Kebebasan untuk terjun dalam dunia politik, menjadi penulis, sastrawan, penceramah, peneliti dan lain-lain, dan ini sangat penting”,kata Nazar.

Lebih lanjut, ia mengatakan pada prinsipnya, kesuksesan sebuah lembaga pendidikan bukan diukur dari jumlah sarjana yang dilahirkan setiap saat, tetapi bagaimana melahirkan para sarjana yang memiliki moralitas, kapasitas intelektual dan integritas yang kuat untuk merubah keadaan, menciptakan produk inovatif, memanfaatkan peluang yang ada, menciptakan peluang baru dan termasuk menjadi pengontrol sosial dalam pembangunan dan pemerintahan.[]
close