-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Terkait Kelanjutan Pembangunan Proyek IPAL Gampong Pande, Ketua Fraksi PAN DPRK Banda Aceh : Why Not

03 April 2021 | April 03, 2021 WIB | Last Updated 2021-05-04T18:15:22Z

Habanusantara.net, Banda Aceh - Ketua Fraksi PAN DPRK Banda Aceh Aulia Afridzal mengatakan ia sangat mendukung Pemerintah Kota Banda Aceh untuk melanjutkan Pembangunan Proyek IPAL Gampong Pande.

" Why not, dan kita mendukung pemerintah Kota Banda Aceh untuk melanjutkan pembangunan tersebut, karena sudah dilakukan penelitian oleh pakar dari Yayasan Warisan Aceh Nusantara (WANSA) yang di ketuai Dr. Husaini Ibrahim, MA dan ini menjadi dasar dalam pengambilan keputusan secara bersama untuk kelanjutan pelaksanaan pekerjaan IPAL di gampong Jawa itu," tegas Aulia Afridzal memberikan jawaban dan pandangannya ketika ditanya perihal kelanjutan pembangunan proyek IPAL Gampong Pande, Sabtu (3/4/2021).

Dikatakannya, WANSA telah melakukan pemetaan Zonasi terhadap situs-situs bersejarah yang terdapat di Gampong Pande dan Gampong Jawa.

Lebih lanjut Aulia mengatakan, jikalaupun ada pihak-pihak yang berkeberatan atas kebijakan Pemerintah Kota Banda Aceh terkait kelanjutan pembangunan IPAL ini, mereka harus menunjukkan bukti atau buat survey terkait dugaan situs sejarah.

"Saya pernah membaca sebuah tulisan dengan judul Memorie Van Den Luitenant-Generaal K. van der Heijden, Naar Aanleiding Van Het Voorgevallen op 18 November 1881 In De Tweede Kameh (buku ini berada di perpustakaan belanda) Dalam buku tersebut yang ditulis pada halaman 183, Pada ekspedisi kedua Belanda ke kerajaan Aceh yaitu di tahun 1874, mereka berhasil menaklukkan masjid raya dan keratin Sultan, dan mereka menemukan sangat banyak kuburan dengan batu nisan Kuno yang berumur ratusan tahun berukuran besar dan tinggi.l," ungkap Aulia.

Berdasar tulisan di buku tersebut, kuburan-kuburan tersebar padat di antara Masjid Raya dan Kuta Peucut (kherkof sekarang) dan menurut tentara belanda tidak ada tempat untuk orang yang masih hidup sehingga komandan perang pada saat itu memerintahkan penghancuran dan menyusun batu-batu nisan tersebut sebagai paving membuat jalan utk menurunkan alat perang pasukan belanda karena di daerah kampung pande, kampong jawa, lampulo yang merupakan tanah berlumpur atau rawa-rawa dan pada saat tersebut pasukan Belanda menganggap batu-batu nisan tersebut sebagai satu-satunya bahan yang tersedia untuk keperluan mendaratkan alat-alat perang ke daerah lokasi Mesjid Raya.

Selain itu juga batu-batu nisan tersebut dibuat menjadi benteng pertahanan disekitar pesisir laut. Sehingga, jika hari ini kita menggali dan menemukan batu nisan kuno di beberapa lokasi di Kota Banda Aceh.

"Berdasarkan tulisan ini maka data secara akademik dapat di jadikan referensi dalam kajian-kajian kedepan. Artinya sebagian besar batu nisan yg ditemukan oleh masyarakat dalam berbagai galian, selama ini besar kemungkinan tidak berada pada pusara kuburan yg sesungguhnya," tutup Aulia Afridzal ketua Fraksi PAN DPRK Banda Aceh.
close