-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Mahasiswa Aceh Yang Kembali dari Wuhan Perlu Dilakukan Medical Check Up

27 Januari 2020 | Januari 27, 2020 WIB | Last Updated 2020-01-27T07:59:35Z

Habanusantara.net, Banda Aceh, Mahasiswa Aceh dari Wuhan, Tiongkok telah pulang ke Aceh beberapa minggu lalu sebelum isolasi, sebagian lainnya telah masih bertahana di Wuhan akibat Virus Corona . Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Ihsanuddin MZ menilai Mahasiswa yang telah kembali ke Aceh itu perlu dilakukan Midical Check up (pemeriksaan medis-red) ke Laboratorium atau rumah sakit.

Menurut Ihsanuddin pemeriksakan medis itu diperlukan untuk mendeteksi awal apakah terpapar atau tidak virus corona itu.

"Sepulang mereka di Aceh perlu dikarantina. Jangan nanti mendapat tuduhan baru. Kemudian yang baru-baru ini pulang darisana juga perlu dikarantina, minimal dia harus ke medis dulu dan diperiksa. Kalau tidak diperiksa, saya pikir itu keliru," kata Ihsanuddin MZ kepada habanusantara.com, Minggu (26/1/2020) kemaren. 

Dikatakannya, pemeriksaan itu perlu dilakukan, bukan berarti mereka dicurigai terkena virus corona, akan tetapi untuk mengantisipasi agar bila terkena dapat diatas sedini mungkin, dan mengantisipasi penyebarannya ke Aceh.

Ihsanuddin menambahkan, kepada mahasiswa Aceh yang masih bertahan di Wuhan, pemerintah Aceh peru mengambil langkah konkret untuk memulangkan mereka. Kemudian setelah mereka tiba di tanah air juga perlu dilakukan medical Check up lagi.

“Saya pikiri harus dikarantina terlebih dahulu, dilakukan medical check up terlebih dahulu di rumah sakit, kalau nanti sudah benar-benar steril baru boleh dikembalikan ke keluarganya atau masyarakat,” ujarnya lagi.

Pemerintah Aceh, kata Ihsanuddin harus mengambil langkah untuk bisa memulangkan mereka (para mahasiswa) ke Aceh. Karena kita takut juga walau di Wuhan yang saat ini diisolasi, tidak tertutup kemungkinan di kota-kota lainnya di Tiongkok juga terkena wabah corona itu.

"Kepada mahasiswa yang masih berada di Wuhan, ikuti imbauan dari otoritas setempat. Saya pikir pemerintah Tiongkok sendiri akan mengambil langkah-langkah kongret untuk menangani wabah ini," pungkas Ihsanuddin yang juga Ketua Fraksi PPP DPR Aceh.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kondisi kota Wuhan dan sejumlah kota lainnya di negara itu telah dikarantina atau diisolasi beberapa hari lalu. Sebelum pengumuman isolasi, sebagian mahasiswa telah pulang ke Aceh, untuk mengantisipasi awal agar mereka bisa pulang ke tanah air sebelum isolasi.


Meskipun demikian sebanyak 12 mahasiswa Aceh masih bertahan di Wuhan dan tidak bisa ke tanah air sebelum otoritas setempat m ncabut kembali isolasi. Sedangkan beberapa mahasiswa Aceh lainnya juga masih di kota-kota lain di Tiongkok.

Seperti diketahui, dalam konferensi pers yang digelar di aula Dinas Sosial Aceh, Minggu (26/1/2020) pagi, menghadirkan Mulya Mardi, seorang mahasiswa asal Aceh yang menuntut ilmu di Wuhan, Tiongkok.

Dalam keterangannya, Mulya Mardi berhasil pulang ke tanah air sebelum pengumuman karantina atau isolasi kita Wuhan. Dia terakhir di Wuhan sekitar tanggal 7 Januari 2020. Saat itu dia bersama rekan-rekannya berpergian ke sejumlah kota di Tiongkok karena sedang masa liburan.

Dia tidak kembali ke Wuhan, karena kota itu sudah diisolasi. Dikatakannya, angkutan umum baik darat maupun udara tidak beroperasi. Begitu juga pertokoan semua tutup dan di sejumlah toko yang masih buka, harga barang mahal. "Pas mau balik ke Wuhan saya nggak dikasih lagi, akhirnya saya pulang ke tanah air," katanya.

Dikatakannya, kini sebanyak 12 mahasiswa Aceh yang sedang menuntut ilmu di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China terisolasi akibat virus corona yang sedang menyerang negeri Tirai Bambu tersebut.

Mulya mengatakan rekan-rekannya sesama mahasiswa di sana (Wuhan) bertahan di asrama Aceh di sana dan memilih untuk mengisolasi diri di dalam kamar asrama agar tidak terpapar virus mematikan itu.

Dia mengatakan, sesuai perintah dari pwmrintah Tiongkok di Beijing, akses Kota Wuhan untuk sementara lumpuh dan ditutup dari semua tujuan. Airport tidak beroperasi dari mulai tanggal 24 Januari. Begitu juga kereta api antarkota sudah tutup termasuk transportasi dalam kota, metro, dan busway sudah tidak beroperasi sama sekali sejak tiga hari lalu.

"Ada taksi, tapi harganya 5 kali lipat dari biasanya. Transportasi dan warung-warung kecil ditutup dengan waktu yang tidak ditentukan," katanya.

Mulya Mardi yang juga Ketua Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPI) se-Tiongkok itu, mengatakan, 12 mahasiswa Aceh yang berada di Wuhan 10 orang di antaranya memang menetap di Wuhan, dan kini masih dalam kondisi sehat.

close