-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Mahasiswa Unsyiah Ciptakan Obat Pembasmi Hama dari Bawang Putih

14 Juli 2019 | Juli 14, 2019 WIB | Last Updated 2019-07-14T17:37:37Z
HN, Banda Aceh – Mahasiwa Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, (Unsyiah) Banda Aceh, Aceh, menciptakan obat pembasmi hama (Pestisida) yang terbuat dari bahan nabati, (bawang putih) dalam mengendalikan hama ulat penggerek (etilia zincknella) pada ta­naman sayur- sayuran.

Tim mahasiswa yang membuat obat pembasmi hama yakni Putri Rahmawati, dan di bantu teman beda Fakultasnya yaitu M. Raihan S, Susan Arya Putri, Aufa Liddini, Anjany Mardasari, Irma Yusriani dan M. R Dzaki Naufal. Ketujuhnya sebagai mahasiswa Unsyiah yang sedang melakukan pengabdian kepada masyarakat atau Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Gampong Me Rayeuk, Kecamatan Peusangan Selatan, Bireuen.

Putri bersama temannya membuat suatu inovasi berupa pestisida nabati untuk mengendalikan hama. Putri mengatakan, Pestisida ini aman jika digunakan baik untuk tanaman, tanah maupun kesehatan tubuh karena pes­tisida ini terbuat dari bahan-bahan dasar nabati

“Pestisida yang kami buat ini ampuh dalam mengendalikan hama pada tanaman sayur sayuran, karena pestisida ini memiliki bau yang menyengat sehingga ketika hama yang sudah terkena semprotan dari cairan pestisida ini lama-kelamaan akan lemas," kata Putri kepada Habanusantara.com Minggu (14/07/2019).

"Keunggulan dari pestisida nabati ini adalah ramah lingkungan, mudah di buat cukup menggiling halus 3 sium bawang putih di campur dengan 1 liter air di diamkan selama 24 jam dan terakhir dia campur dwngan sabun cuci cair dengan bahan yang sangat simple terjangkau bagi para petani, sehingga petani tidak lagi memikirkan biaya yang terlalu banyak untuk dikeluarkan guna membasmi hama yang ada pada tanaman sayur sayuran,” kata Putri.

Kemudian Putri mengatakan, ulat penggerek merupakan salah satu hama utama pada tanaman sayur sayuran. Produktivitas pada tanaman sayur sayuran bisa menurun disebabkan hama ulat penggerek mencapai 80 persen. 

"Hama ini dapat menyebabkan permukaan polong tampak diselubungi benang-benang putih yang apabila disingkap, akan nampak larva hama di dalamnya. Pada kulit polong yang terserang nampak adanya titik hitam atau cokelat tua bekas tempat masuknya hama," ungkapnya.

Menurutnya, saat ini warga masih kurang paham tentang kegunaan produk pupuk, pemerintahan kabupaten melalui dinas pertanian memberikan pupuk, akan tetapi warga tidak menggunakannya si karnakan takut dan kurangnya wawasan ilmu tentang kegunaan pupuk lainnya.

Dia berharap melalui pestisida ini ke depannya petani dapat mengoptimalkan hasil panen tanaman sayur sayuran. Ha­rapan ke depannya produk ini dapat menjadi solusi untuk petani dalam membasmi hama ulat penggerek pada tanaman sayur sayuran.

"Pupuk pestisida ini akan dikenal masyarakat luas dan menjadi manfaat yang cukup menjanjikan untuk para petani, dan kami dalam pengabdian kepada masyarakat akan terus berusaha membantu masyarakat dalam beberapa hari lagi ini, kami siap membantunya," ujar Putri.

Dalam hal ini, Dosen pendamping lapangan Ns. Budi Satria, Skep.,MNS, sangat memotivasi mahasiswa dalam pengembangan terhadap masyarakat.

Sementara itu, Keuchik Gampong Me Rayeuk, Marzuki ishak, mengatakan, baru-baru ini, inovasi yang dibuat mahasiwa berupa pestisida yang berbahan dasar nabati diyakini dapat mem­bantu petani dalam mengendalikan hama ulat penggerek (etilia zincknella) pada ta­naman sayur-sayuran.

"Warga Gampong Me Rayeuk, sangat antusias dalam belajar membuat pupuk peptisida nabati yang di dampingi oleh putri, dan temannya," ujar Keuchik. (Agussalem)


close