-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Moskwa semakin diminati pelancong

18 April 2019 | April 18, 2019 WIB | Last Updated 2019-04-18T15:12:45Z

Laporan Prof. Dr. dr Mohd Abdalas, S pOG, dari Moskow

HN-Moskow- Bila diikuti dari kisah dan cerita film tentang moskwa suasana yang  begitu  menegangkan, maka hal tersebut benar adanya dan ini sangat dirasakan   jika kita memasuki  moskwa atau moscow, sebagai contoh.

Proses imigrasi walau berjalan sesuai standar prosedur tapi terasa beda dengan saat kita memasuki di negara eropa barat atau negara lainnya. Keadaaan ini  kami rasakan beberapa waktu lalu dalam sebuah kunjungan di moskwa.

Moskwa kota yang menjadi ibu kota negara Rusia. Terletak dibenua Eropa yang setiap tahun dibulan Mei, merayakan hari kemenangan. Dilihat dari tampilan  gedung- gedung di moskwa tidak jauh berbeda dengan negara Western lainnya, kecuali daerah  St Petersburg yang  tinggi gedung dibatasi hanya sebatas lantai 4.

Populasi Moskwa  13 juta jiwa dari 143 jumlah penduduk Rusia.  Penganut Islam di Moskwa menjadi terbanyak kedua setelah kristen orthodok, hal ini bisa dihubungkan dengan pecahnya Uni-Sovyet tahun 1990, maka  banyak masyarakat muslim dari berbagai negara federal dengan mayoritas  penganut muslim masuk ke Rusia. Pengunjung wisata terus meningkat dari tahun  ke tahun ditahun 2017  kisaran 24 juta pengunjung pertahun.

Pertumbuhan penduduk relatif stabil, angka kelahiran di mokswa kisaran 12 per seribu wanita usia reproduktif, tingkat kesuburan 1.6 persen. Sehingga bisa dikatakan setiap keluarga  mokswa mempunyai 2 anak.

Terkait wisatawan yang berkunjung ke Rusia tidak jauh berbeda dengan wisata di negara eropa lain, sasaran para pengunjung tertuju  tempat bersejarah seperti lapangan merah Kremlin, dan beberapa tempat lain misal  stasiun Metro Moskwa yang sangat terkenal dengan subway station yang  unik yakni, bentuk stasiun yang berbeda-beda  setiap station. bahkan dikabarkan jumlahnya sampai 137  stasiun. Kenapa unik ?  Kabarnya stasiun ini dahulu dimasa perang dingin antara usa dan uni soviet dijadikan perkantoran para jendral. Penulis sendiri sempat melihat 8 stasiun, dari 137 stasiun yang berbeda nuansa artitistik dan benar menarik dan indah dan rasanya menyesal bila tak ber swafoto pada setiap station.  
Kendala masih dihadapi saat berbelanja di moskwa atau negara bagian lainnya di rusia, mayoritas tidak bisa berbahasa Inggris , malah bila  diamati hampir semua lini tidak terlihat keterangan tambahan menggunakan bahsa inggris.

Mungkin mereka merasa bahwa  mereka adalah bagian dari sebuah negara besar maka  pendatang yang harusnya belajar bahasa mereka  , tapi hal yang bertolak belakang terjadi  pada beberapa lokasi perbelanjaan favorit,  anda jangan heran mereka malah bisa bahasa indonesia dengan kalimat apa kabar, murah murah dan sebagian besar memulai sapaan dengan kata Assalam mualaikum.

"Alhamdulillah, ternyata'mereka para' pekerja yang  umumnya berasal dari Tajikistan sebuah negara pecahan Sovyet dengan penduduk mayoritas muslim.
Hal ini juga mengambarkan semakinn banyak warga indonesia berkunjung ke Mokswa.

Terkait tempat ibadah masyarakat begitu leluasa dan nyaman dalam melakukan hanya pada mesjid utama saja yakni mesjid katedral di pusat kota semua pengunjung harus  melewati xray, dan terkait hal ini seorang pemandu  mengatakan kebijakan ini sudah lama diberlakukan bukan karena dampak musibah teroris chrischurt.  
Mesjid Ketedral dibagun tahun 1904 oleh seorang arsitek rusia  Alexander Zhukov, dan telah mengalami beberapa perbaikan. Mesjid ini tetap menjadi objek wisata dikunjungi  terutama bagi umat muslim jikala hari jumat.
Salah satu hal membuat pengunjung semakin tertarik ke rusia dengan  kebijakan kemudahan mendapatkan visa kunjungan yakni cukup dengan membawa passport valid dan pasfoto terbaru, tampa bermacam surat rekom lainnya tetapi yang menjadi  jaminan utamac untuk entri visa adalah tiket pergi pulang dan booking hotel. 

Tapi dari sudut informasi kebudayaan dan sejarah dalam kunjungan langsung  terkesan masih belum terbagi dengan baik bagi pengunjung sebab umumnya buku masih  memakai bahasa mokswa. 

Di akhir tulisan ini saya teringat pada salah satu 
senior kolega saya almarhum dr Khairudin, Meuraxa  seorang dokter alumnus uni sovyet betapa sulitnya mereka sekolah dulu, harus belajar bahasa Rusia setahun baru bisa masuk dalam program pendidikan dan  selesainya  pendidikan beliau mengabdikan diri bertugas  di kampung halamannya Aceh. (***)






close