Laporan Prof. Dr. dr Mohd Abdalas, S pOG, dari Moskow
HN-Moskow- Bila diikuti dari kisah dan cerita film tentang moskwa suasana yang begitu menegangkan, maka hal tersebut benar adanya dan ini sangat dirasakan jika kita memasuki moskwa atau moscow, sebagai contoh.
Proses imigrasi walau berjalan sesuai standar prosedur tapi terasa beda dengan saat kita memasuki di negara eropa barat atau negara lainnya. Keadaaan ini kami rasakan beberapa waktu lalu dalam sebuah kunjungan di moskwa.
Moskwa kota yang menjadi ibu kota negara Rusia. Terletak dibenua Eropa yang setiap tahun dibulan Mei, merayakan hari kemenangan. Dilihat dari tampilan gedung- gedung di moskwa tidak jauh berbeda dengan negara Western lainnya, kecuali daerah St Petersburg yang tinggi gedung dibatasi hanya sebatas lantai 4.
Populasi Moskwa 13 juta jiwa dari 143 jumlah penduduk Rusia. Penganut Islam di Moskwa menjadi terbanyak kedua setelah kristen orthodok, hal ini bisa dihubungkan dengan pecahnya Uni-Sovyet tahun 1990, maka banyak masyarakat muslim dari berbagai negara federal dengan mayoritas penganut muslim masuk ke Rusia. Pengunjung wisata terus meningkat dari tahun ke tahun ditahun 2017 kisaran 24 juta pengunjung pertahun.
Pertumbuhan penduduk relatif stabil, angka kelahiran di mokswa kisaran 12 per seribu wanita usia reproduktif, tingkat kesuburan 1.6 persen. Sehingga bisa dikatakan setiap keluarga mokswa mempunyai 2 anak.
Terkait wisatawan yang berkunjung ke Rusia tidak jauh berbeda dengan wisata di negara eropa lain, sasaran para pengunjung tertuju tempat bersejarah seperti lapangan merah Kremlin, dan beberapa tempat lain misal stasiun Metro Moskwa yang sangat terkenal dengan subway station yang unik yakni, bentuk stasiun yang berbeda-beda setiap station. bahkan dikabarkan jumlahnya sampai 137 stasiun. Kenapa unik ? Kabarnya stasiun ini dahulu dimasa perang dingin antara usa dan uni soviet dijadikan perkantoran para jendral. Penulis sendiri sempat melihat 8 stasiun, dari 137 stasiun yang berbeda nuansa artitistik dan benar menarik dan indah dan rasanya menyesal bila tak ber swafoto pada setiap station.
Kendala masih dihadapi saat berbelanja di moskwa atau negara bagian lainnya di rusia, mayoritas tidak bisa berbahasa Inggris , malah bila diamati hampir semua lini tidak terlihat keterangan tambahan menggunakan bahsa inggris.
Mungkin mereka merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah negara besar maka pendatang yang harusnya belajar bahasa mereka , tapi hal yang bertolak belakang terjadi pada beberapa lokasi perbelanjaan favorit, anda jangan heran mereka malah bisa bahasa indonesia dengan kalimat apa kabar, murah murah dan sebagian besar memulai sapaan dengan kata Assalam mualaikum.
"Alhamdulillah, ternyata'mereka para' pekerja yang umumnya berasal dari Tajikistan sebuah negara pecahan Sovyet dengan penduduk mayoritas muslim.
Hal ini juga mengambarkan semakinn banyak warga indonesia berkunjung ke Mokswa.
Terkait tempat ibadah masyarakat begitu leluasa dan nyaman dalam melakukan hanya pada mesjid utama saja yakni mesjid katedral di pusat kota semua pengunjung harus melewati xray, dan terkait hal ini seorang pemandu mengatakan kebijakan ini sudah lama diberlakukan bukan karena dampak musibah teroris chrischurt.
Mesjid Ketedral dibagun tahun 1904 oleh seorang arsitek rusia Alexander Zhukov, dan telah mengalami beberapa perbaikan. Mesjid ini tetap menjadi objek wisata dikunjungi terutama bagi umat muslim jikala hari jumat.
Salah satu hal membuat pengunjung semakin tertarik ke rusia dengan kebijakan kemudahan mendapatkan visa kunjungan yakni cukup dengan membawa passport valid dan pasfoto terbaru, tampa bermacam surat rekom lainnya tetapi yang menjadi jaminan utamac untuk entri visa adalah tiket pergi pulang dan booking hotel.
Tapi dari sudut informasi kebudayaan dan sejarah dalam kunjungan langsung terkesan masih belum terbagi dengan baik bagi pengunjung sebab umumnya buku masih memakai bahasa mokswa.
Di akhir tulisan ini saya teringat pada salah satu
senior kolega saya almarhum dr Khairudin, Meuraxa seorang dokter alumnus uni sovyet betapa sulitnya mereka sekolah dulu, harus belajar bahasa Rusia setahun baru bisa masuk dalam program pendidikan dan selesainya pendidikan beliau mengabdikan diri bertugas di kampung halamannya Aceh. (***)