-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Seluruh Elemen Diminta Dukung Gerakan Pencegahan Stunting

06 Maret 2019 | Maret 06, 2019 WIB | Last Updated 2019-03-06T13:43:34Z

HN-Banda Aceh - Wakil Ketua TP PKK Aceh Dyah Erti Idawati, mengimbau seluruh peserta sosialisasi dan pembekalan bagi tenaga pendamping Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT AS) yang berasal dari 16 kabupaten/kota se-Aceh, agar turut mengambil peran sebagai perpanjangan tangan Pemerintah Aceh, dalam upaya pengentasan mal nutrisi dan pencegahan stunting di Aceh.



Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua TP PKK Aceh Dyah Erti Idawati, saat menyampaikan materi pada acara sosialisasi dan pembekalan bagi tenaga pendamping PMT AS se-Aceh, yang di pusatkan di Aula Hotel Kuala Radja, Rabu (6/3/2019).



"Saya berharap seluruh peserta dapat menjadi perpanjangan tangan bagi upaya-upaya pengentasan mal nutrisi dan pencegahan dan penanganan stunting, yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh Pemerintah Aceh beserta seluruh perangkatnya," ujar Dyah Erti.



Dyah Erti mengungkapkan, terkait aksi penanganan stunting, hal yang telah dan terus akan dilakukan saat ini adalah optimalisasi pengukuran Berat badan dan tinggi badan anak di Posyandu, melakukan kampanye terkait pencegahan dan penanganan stunting.



Sebagaimana diketahui, pada hari Minggu (3/3/2019) lalu Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah telah mendeklarasikan gerakan pencegahan dan penanganan stunting, di Lapangan Blang Padang. Sejumlah bupati dan wali kota turut hadir dalam deklarasi tersebut. Deklarasi ini adalah salah satu bukti keseriusan Pemerintah Aceh menanggulangi stunting.



Sejumlah kegiatan lain yang juga dilakukan oleh TP PKK dan Pemerintah Aceh adalah melakukan pelatihan kader Posyandu, pendampingan Ibu Hamil dan penggunaan buku KIA. Selain itu, revitalisasi dan optimalisasi Posyandu terintegrasi juga terus dilakukan.



“Kita juga menggalakkan taman obat mandiri keluarga dan Rumoh gizi. Semua gerakan dan upaya yang kita lakukan ini adalah untuk menekan sekecil-kecilnya angka stunting di Aceh,” imbuh dosen Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Unsyiah itu.



Dalam kesempatan tersebut, Dyah Erti juga mengingatkan bahwa rasa kesetiakawanan menjadi faktor penting dalam upaya penanganan mal nutrisi dan stunting. Dyah mencontohkan kasus yang terjadi di salah satu Gampong di Kota Banda Aceh. seorang anak yang lahir secara normal, namun karena kondisi ekonomi keluarga dan abainya masyarakat sekitar, anak tersebut akhirnya mengalami gizi buruk.



Oleh karena itu, Dyah mengimbau seluruh peserta untuk tidak hanya fokus kepada keluarga sendiri tetapi juga kepada tetangga dan lingkugan sekitar. Dyah mengimbau agar jika masyarakat menemukan kasus gizi buruk atau stunting untuk segera menghubungi langsung ke akun medsos pribadinya.



“Ingat ibu dan bapak sekalian, otak anak akan tumbuh hingga 70 persen pada usia 2 tahun. Selanjutnya, mencapai 90 persen pada usia 5 tahun. Oleh karena itu, jika para peserta ada menemukan kejadian luar biasa terkait gizi buruk dan stunting, yang tidak mampu ditanggulangi sendiri, maka dapat menyampaikan kepada saya melalui akun Facebook dan Instagram saya,” kata Dyah Erti.

close