-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Begini Cara Komunitas Seunuka Pike Peringati Hari Nusantara

15 Desember 2020 | Desember 15, 2020 WIB | Last Updated 2020-12-15T09:26:31Z

Habanusantara.net, BANDA ACEH- Komunitas Seunuka Pike punya cara tersendiri dalam memeperingati Hari Nusantara yang jatuh pada 13 Desember, dengan menyelenggarakan acara diskusi online bertema “Tapeukong Bangsa Dengoen Bahasa”. 

Pada Seminar motif budaya tersebut, Komunitas yang masih belia usianya menghadirkan 2 pemateri masing –masing Prof. Dr. Farid Wajdi Ibrahim, MA, Selaku ketua Majelis Adat Aceh (MAA), dengan judul “peran bahasa Aceh pada masa kejayaan Aceh” lalu Rahmat, S.Ag.,M.Hum., ketua penyuluh dan ahli bahasa forensik balai bahasa Provinsi Aceh, membahas “eksistensi bahasa aceh dikalangan milenial aceh”. 

Kegiatan ini dibuka oleh Wali kota Banda Aceh H. Aminullah Usman, SE,.AK.,MM. Dan Ketua Komisi 1 DPRK Banda Aceh, Musriadi, S.Pd., M.Pd. Dihadiri lebih dari 100 peserta serta sejumlah tamu undangan lainnya melalui Zoom Meeting. 

Pada kata sambutanya, Walikota mengatakan “ Bahasa merupakan instrumen paling menentukan dalam sejarah peradaban manusia juga merupakan identitas paling penting dalam peradaban sejarah. Pada era 4.0 kaum milenial mampu menguasai bahasa asing dengan sangat mudah, dibalik hal posisitif tersebut muncul hal negatif yaitu mereka mengabaikan bahasa daerah. Berdasarkan riset bidang bahasa kemendikbud, terdapat 11 bahasa aerah di Indonesia mengalami kepunahan, 4 bahasa daerah kritis dan 2 bahasa daerah mengalami kemunduran dikarenakan generasi muda yang jarang menggunakan bahasa daerah dalam pergaulan sehari-hari. Ucapnya. 

Oleh karena itu, Beliau mengapresiasikan lembaga MAA, Balai Bahasa, dan Komunitas Seunuka Pike untuk selalu mengkaji sejarah dan kebudayaan Aceh. Dengan momentum ini, Aminullah berharap agar generasi mudan dan seluruh elemen masyarakat memebangun kembali kesadaran akan pentingnya melestarikan bahasa Aceh dan bahasa-bahasa lokal yang ada di Indonesia. Mari kita utamakan bahasa indonesia, budayakan bahasa daerah ,kuasai bahasa asing. Tutupnya.

Bapak Musriadi, atas nama DPRK Banda Aceh, dengan adanya Komunitas Seunuka Pike yang digagas oleh para pemuda milenial, diskusi ini akan memberikan harapan bagi kita bahwa bahasa adalah identitas bangsa dan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh Aceh, sehingga menjadi kekuatan moral dalam kita berkomunikasi. Pesannya kepada pemuda milenial , “Pemuda Aceh harus menjadikan sejarah sebagai pengalaman dan cerminan untuk membangun aceh lebih baik kedepan”. Tungkasnya, 

Pada diskusi inti, Sesi pertama diisi oleh Prof Farid yg dimulai dari pentingnya menjaga budaya dari bahasa indatu kita yang telah ada, Bahasa Aceh itu merupakan Bahasa yg dimudahkan, kenapa dimudahkan, karena bahasanya singkat, dan pada masanya digunakan saat perang contohnya : Lariiii, saat perang tidak mungkin kita katakan lariiiii, namun bahasa acehnya “plung”, contoh lainnya seperti Tiaraaaap, dalam bahasa Aceh “Crup”. Begitu dimudahkan bahasa indatu geutanyo. Dan juga dengan penyampaian materi yang begitu berapi api, Prof Farid mempertanyakan tanggungjawab pejabat tinggi atas peran apa yg udah di implementasikan selama ini, sehingga budaya tidak nampak lagi. Tidak adanya guru Bahasa Aceh adalah aib bagi kita Aceh pemerintah harus peduli terhadap hal hal yang begitu jangan cuman berebut jabatan saja. prof farid Dari prof beh 

Awak yang bak dinas beuna peduli bacut terhadap bahasa Aceh, dan awak tameng u Aceh meu netem merunoe bahasa Aceh bek ka meu ploh thon tinggai di Aceh hana jeut bahaasa Aceh dan pemerintah harus mewajibkan hari dimana pada hari tersebut menggunakan bahasa Aceh

Pada sesi kedua, Rahmat, S.Ag., M.Hum. menerangkan bahwa kita harus membudayakan bahasa Aceh namun disisi lain jika kita bertemu misalnya dengan orang batak yang baru ke Aceh kita utamakan bahasa Indoensia dan pemerintah harus memiliki andil yang besar untuk membudayakan bahasa Aceh

Tambahnya “ Kita sebagai generasi muda mesti menjaga eksistensi budaya dan membiasakan berbahasa dengan bahasa daerah, yaitu bahasa indatu, Bahasa Aceh. Pada jenjangpendidikan TK dan SD perlu adanya peran pemerintah dalam mengoplementasikan bahasa daerah agar tidak terkikis dan ditelan masa. Perlu adanya peraran intensif dari segala elemen seperti Wali Nanggroe, Balai Bahasa, Dan Duta Wisata dalam memperhatikan budaya dan sejarah aceh khususunya Bahasa, karena bahasa menunjukkan Bangsa. Tutupnya. 

Di akhir seminar, Moderator meminta Dr. Husaini M. Hasan memberikan kata penutup untuk generasi-generasi Aceh kedepan, Beliau menyampaikan sangat bahagia melihat masih ada generasi muda Aceh yang masih merawat sejarah aceh, Keunubah Endatu, Harapannya, untuk generasi milenial Aceh agar tidak malu berkomunikasi pada kehidupan sehari-hari menggunakan Bahasa Aceh. Beliau juga memberikan nasehat melalui

pepatah “mate aneuk meupat jeurat, mate adat hana pat tamita”. Tuturnya. 

Setelah pemaparan yang disampaikan oleh pemateri, acara tersebut ditutupi dengan doa bersama dan dokumentasi.[]
close