Habanusantara.net, Banda Aceh –Wali Nanggroe Aceh Malek Mahmud Al Haytar, mengharapkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dapat dijadikan sebagai momentum untuk mempererat tali silaturahmi dan menyatukan seluruh elemen.
"Dengan bersatu inilah akan membuat Aceh menjadi Hebat dan bertabat sehingga apa yang kita harapkan dapat terwujud, " ujar Malek Mahmud Al Haytar pada peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW 1441 Hijriah yang digelar Lembaga Wali Nanggroe Aceh di Kompleks Meuligoe Wali Nanggroe, Aceh Besar, Kamis (5/12/2019).
Peringatan Maulid Nabi yang berlangsung hingga siang itu, diawali dengan santunan anak yatim dilanjutkan dengan tausiah dan terakhir khanduri.
Pada kesempatan itu, Wali Nanggroe juga mengingatkan tentang pentingnya mempelajari sejarah khususnya sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW.
“Mempelajari kembali sirah nabawiyah adalah mempelajari tentang perjalanan hidup Rasulullah SAW dalam mengenalkan aqidah islam dan membangun peradaban Islam seantero dunia, lebih dari 14 abad silam,” kata Malek Mahmud.
Menyinggung soal perdamaian, Wali Nanggroe mengingatkan bahwa Aceh telah sepakat untuk merawat dan menjaga perdamaian. Oleh sebab itu tidak boleh ada pihak yang sengaja ataupun tidak, mencoba mengusik perdamaian Aceh.
Selama perdamaian itu masih berada pada jalurnya, tidak boleh ada satu kekuatan pun baik yang terkoordinir maupun tidak, yang berniat mengganggu proses perdamaian yang telah dijalani sejauh ini selama 14 tahun.
“Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengajarkan kita membenci sesama muslim hanya karena perbedaan suku, perbedaan bahasa, perbedaan pakaian yang dikenakan. Sebaliknya beliau mengajarkan bahwa sesama muslim itu bersaudara,” kata Wali Nanggroe.
Wali Nanggroe juga berpesan bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan umat untuk mendamaikan sesama muslim. Semangat tersebut telah memberi inspirasi kepada perjanjian damai antara Gerakan Aceh Merdeka dengan Pemerintah Republik Indonesia, 15 agustus 2005 silam setelah konflik bersenjata 30 tahun lamanya.
Dari perjanjian tersebut juga telah melahirkan UU RI Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintah Aceh yang menjadi semangat baru dalam menata masa depan. “Baik buruknya keadaan masyarakat Aceh ke depan, bersatunya atau ambruknya persaudaraan Aceh ke depan sangat ditentukan oleh pelaksanaan UUPA ini,” sebut Wali Nanggroe.
Pemerintahan Aceh yang berisikan putera-puteri terbaik, menurut Wali Nanggroe perlu mempelajari sejarah dengan sebenarnya. Sebab untuk mewujudkan peradaban Aceh yang mulia dan bersyariat, orang Aceh harus memiliki visi yang sama.
“Dengan semangat keteladanan Rasulullah SAW, marilah kita mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat Aceh dengan memajukan pendidikan, ekonomi dan perdagangan. Masa depan Aceh yang lebih baik harus kita siapkan dari sekarang. Hal ini harus dicapai dengan kerjasama kita dalam bingkai Syariat Islam.”
“Hari ini kita patut bersyukur Aceh masih memiliki para ulama. ulama yang senantiasa memikirkan keselamatan ummat. kita patut berterimakasih kepada para ulama kita yang senantiasa menjaga ukhuwah islamiyah diatara kita. Dari ulama kita belajar untuk tidak meributkan persoalan khilafiyah yang hanya menghabiskan energi dan waktu. tanpa menyentuh langsung kemaslahatan umat,” pungkasnya.
Sementara itu, Katibul Lembaga Wali Nanggroe Aceh Usman Umar, S.Sos menyebutkan bahwa Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW kali ini mengangkat tema “Satukan Langkah Menuju Aceh Hebat dan Bermatabat”.
“Kita turut mengundang dua ribu tamu undangan , yang terdiri dari unsur Forkopimda Aceh, para Ulama Aceh, SKPA, Instansi Vertikal beserta masyarakat umum,” ujar Usman()