Habanusantara.net, Aceh Tamiang – Apa yang ada dipikiran kita saat ini saat mendengar tentang pembutan pupuk organik cair menggunakan bahan-bahan alami, ya mungkin jawaban anda hampir sama dengan jawaban saya bahwa benda-benda yang sama sekali tidak bermanfaat, jorok melihatnya seperi sampah-sampah yang sudah lama terbuang.
Akan tetapi tanpa kita sadari bahwa pembuatan pupuk organik cair ini yang selama ini kita anggap sebagai sampah malah bisa menjadi meningkatkan perekonomian kita dan laku di dijual.
Akan tetapi pembuatan pupuk organik cair membutuhkan sebuah ketelatenan, kerajinan dan kesabaran untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Begitu juga sebaliknya, apabila pembuatan pupuk organik cair yakin dan juga percaya bahwa usaha sekecil apapun yang kita lakukan akan menjadi sebuah keuntungan dan terkenal sehingga banyak peminatnya untuk dijual belikan dan hasilnya bisa meningkatkan perekonomian mereka.
Beberapa belakangan ini yang ada ditempat saya tinggal.
Awalnya para bapak-bapak yang memanfaatkan barang barang yang tidak dipakai dan mengelola pembuatan pupuk organik cair untuk tanaman mereka tanam. Dan beberapa bulan belakangan ini para ibu-ibu dan juga remaja wanita membentuk sendiri dalam pembutan pupuk organik cair dengan memanfaatkan bahan-bahan alami dan juga tumbuhan yang tidak digunakan atau masih digunakan.
Nah selain itu juga terdapat Narasumber dari pakar pembuatan pupuk organik cair yang bernama “Pak Erwin
yang telah berhasil memanfaatkan bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi menjadi pupuk yang ternilai bagus tanpa menggunakan bahan-bahan kimia”(25/03/2021). Inilah merupakan awal mulanya timbul ide masyarakat dalam memanfaatkan bahan-bahan yang tidak bergun lagi dijadikan sebagai pupuk organik cair.
“Pak Erwin mengatakan pada saat wawancara kepada masyarakat kampung kebanyakan membeli pupuk kimia untuk perawatan tanaman yang mereka tanam atas dasar tidak mau ribet dan maunya langsung beli dan siap pakai”.
Jarang sekali masyarakat kampung memanfaatkan bahan-bahan yang sudah tidak terpakai, padahal hasil dari itu bisa digunakan untuk pembutan pupuk tanpa bahan kimia dan juga laku untuk diujual.
Lantas bagimanakah cara untuk pembutan dan juga bahan-bahan tersebut? hal ini tentu saja membuat kita berfikir dan bertanya tanya juga bagaimana cara pembutannya yang sangat sederhana, simpel dan muda didapatkan ditempat tinggal kita sendiri yaitu: Air cucian beras 30 liter, Air kelapa 30 liter, Kulit buah buahan sebanyakan 2 kg, Dedak 5 kg, Daun kacang-kacangan 20 kg, Rebung bambu 10 kg, Kedebog pisang 4 meter, Jahe 1 kg, Cabe rawit 1 kg
Brutowali 1 kg, Buah kecebung/Jenu 1 kg, Daun kelor 1 kg, Labu tanah 5 kg, Abu dabur 5 kg dan Bunga kerokot 5 kg.
Sangat mudah didapat dan juga memanfaatkan bahan alami yang ada ditempat tinggal kita, tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak untuk dapat menghasilkan produk pupuk organik cair yang bernilai bagus tanpa bahan kimia. Bahkan juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. Apalagi disaat sekarang ini semua kebutuhan sangat mahal.
Dan selanjutnya ada dimana kampung tempat pembuatan pupuk organik cair tersebut? kampung tersebut terletak di Dusun Sumberejo, Kecamatan Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang.
Kampung tersebut semangat dalam memanfaatkan bahan-bahan alami yang tidak bermanfaat dijadikan sumber pendapatan mereka. Yang dimulai dari solidaritas, sosialisai, kerja sama, berbagi ilmu pengetahuan dan yang terpenting adalah pemanfaatan sumber daya manusia yang sangat berkualitas baik untuk dapat mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.
Perlu kita ketahui bahwa Dusun Sumberejo merupakan pertama kalinya para ibu-ibu dan rejama wanita membentuk grub yang bernama cendana wangi untuk membuat usaha mereka yaitu pembuatan pupuk organik cair untuk meningkatkan perekonomian mereka serta ketelatenan mereka, sehingga dengan adanya ketelatenan, kreativitas meraka semua bisa membangun masyarakat dalam multisektoral dapat terwujud dan menjadikan sumber pendapatan ekonomi mereka bisa bertambah.(*)
Penulis : Suci Winda Sari Mahasiswi IAIN Langsa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf (MZW). Selain Mahasiswi juga termaksud anggota dari pembuatan pupuk organik cair para ibu-ibu dan remaja wanita di Dusun Sumberejo, Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang.