-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Sejumlah Pelaku Adat Terima Anugerah Wali Nanggroe

15 Desember 2019 | Desember 15, 2019 WIB | Last Updated 2019-12-15T12:20:32Z

Habanusantara.net, Banda Aceh-  Wali Nanggroe Aceh Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al Haytar menyerahkan anugerah kepada lembaga adat, kelompok masyarakat dan individu yang berdedikasi dalam menjaga dan melestarikan khazanah adat dan budaya Aceh. Pemberian anugerah tersebut dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan Malam Anugerah Wali Nanggroe II Tahun 2019 di Aula Keurukon Katibul Wali Nanggroe, Sabtu Malam 14 November 2019. 

Wali Nanggroe Aceh Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al Haytar dalam sambutan pembukaannya mengatakan, bahwa Anugerah Wali Nanggroe tersebut merupakan perwujudan amanah UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh (UUPA) terhadap pemberian gelar dan derajat serta upacara-upacara adat lainnya.

Anugerah tersebut kata Wali Nanggroe adalah suatu bentuk apresiasi terhadap  aktivitas di  bidang adat dan seni budaya, sebagai apresiasi terhadap semangat dan keikhlasan para penerima anugerah, dalam menjaga, merawat dan melestarikan adat serta seni budaya di Aceh. 

“Harapan saya anugerah Wali Nanggroe ini dapat memberikan motivasi dan rasa bangga untuk terus mengabdi bagi kemajuan peradaban Aceh dengan menjaga dan melestarikan adat dan budaya Aceh,” sebut Wali Nanggroe. 

Kegiatan Anugerah Wali Nanggroe Aceh Tahun 2019 ini dilaksanakan oleh Keurukon Katibul Wali Nanggroe. Hal itu seperti yang disampaikan oleh Kepala bagian (Kabag) Humas dan Kerjasama M. Nasir, S.IP., M.PA. “Ketua Panitia kegiatan ini adalah Katibul Wali Nanggroe Bapak Usman Umar, S.Sos,” kata M. Nasir. 

Katibul Wali Nanggroe Usman Umar, S.Sos, menjelaskan, para penerima anugerah Wali Nanggroe telah melewati beberapa tahapan mulai dari permintaan usulan dari bupati/walikota oleh Wali Nanggroe, pelaksanaan technical meeting, verifikasi dokumen, verifikasi lapangan, dan evaluasi hasil verifikasi. ”Sampai pada penyajian calon penerima anugerah kepada Tim P3GA, hingga berakhir pada malam anugerah ini,” kata Usman.

Usman juga menambahkan, pihaknya menyadari bawa hampir semua peserta memiliki peluang yang sama, namun panitia dengan berbagai pertimbangan membatasinya dengan hanya tiga nominator saja untuk setiap katagori. ”Kita memaklumi ternyata masih banyak orang atau tokoh yang masih belum mendapat anugerah terhadap dedikasinya baik pada masyarakat maupun lingkungan. Untuk itu apabila anugerah ini dapat diselenggarakan secara rutin dan berkala, maka mereka bisa mendapatkannya secara merata.”

Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah yang hadir langsung pada Malam Anugerah Wali Nanggroe Tahun 2019 dalam sambutannya mengatakan, di era teknologi digital sekarang ini adat dan budaya Aceh cenderung terlupakan. Sedikit sekali generasi muda yang tertarik untuk melibatkan diri dalam pelestarian adat dan budaya. Karena itu menurutunya semua pihak harus mendorong generasi muda Aceh agar mencintai adat dan budayanya sendiri. Harus ada generasi penerus yang peduli. Jika tidak, pelan-pelan adat dan budaya Aceh akan tergeser zaman.

“Maka dari itu, saya mengajak semua pihak untuk mendukung setiap gerak langkah Lembaga Wali Nanggroe dalam upaya-upayanya menguatkan adat dan budaya Aceh. Kita berharap lembaga ini terus berdiri tegak sebagai pemersatu masyarakat Aceh, dalam menjaga kesatuan dan kelestarian nilai-nilai adat dan budaya yang kental dengan nilai Islam,” kata Nova sambutannya.

Para penerima Anugerah Wali Nanggroe II Tahun 2019 antaralain, Anugerah Tangloeng Nanggroe untuk kategori Penyelenggaraan Pemerintahan Adat diberikan kepada kemukiman Krueng Geukueh, kabupaten Aceh Utara. Anugerah Peusaneut Aneuk Nanggroe untuk kategori penataan masyarakat adat dan budaya diraih oleh Kemukiman Kinco, Kabupaten Aceh Barat. Kemudian Anugerah Peutimang Boinah Nanggroe untuk kategori pengelolaan sumber daya alam diterima oleh Kemukiman Lamteuba, Kabupaten Aceh Besar.

Anugerah Tudong Nanggroe untuk kategori pelestari kerajinan dan produk budaya (papah buet jaroe aneuk nanggroe) diraih oleh kelompok Kupiah Meukutop dari kabupaten Pidie.  Kategori pelestari kesenian tradisi atau Papah Peyasan Nanggroe diraih kelompok Daman Meriah dari Kabupaten Bener Meriah. Lalu kategori pelestari lingkungan hidup berbasis kearifan lokal  atau Papah Seulingka Nanggroe diterima oleh kelompok Panglima Danau dari Kota Sabang.

Untuk Anugerah Dalong Nanggroe diberikan bagi pelaku adat dan budaya secara perseorangan. Untuk kategori pengrajin warisan seni dan budaya (Peusigak Pusaka Nanggroe) diberikan kepada Dahlia Zainun dari Aceh Besar. Kategori penjaga warisan adat dan budaya (Peuhiroe Peukateun Nanggroe) diberikan kepada T. Nur Iman dari Kota Langsa dan kategori penggiat kemanusiaan (Peureumeun Aneuk Nanggroe) diterima oleh Desi Dwiyanti dari Aceh Tamiang. 

Kepada para penerima Anugerah, Wali Nanggroe menyerahkan tropi, sertifikat serta dana bimbingan. Selain itu, seluruh nominator dari setiap kategori mendapatkan sertifikat yang langsung diserahkan oleh Wali Nanggroe.[]
close