Banda Aceh — Ummul Mukminin Siti Aisyah Radhiallahu ‘Anha, mengibaratkan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam laksana Al-Quran berjalan. Artinya, seluruh pola perilaku Rasulullah sejalan atau cerminan nilai-nilai dalam Al-Quran. Hal tersebut disampaikan Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dalam pidato memperingati Maulid Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam 1441 Hijriah, di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jum’at (15/11/2019) malam.
Beranjak dari perumpamaan di atas, Nova mengajak hadirin untuk menjadikan peringatan Maulid Nabi sebagai wahana pengkajian dan menggali keteladanan Rasulullah. Kajian tersebut, lanjut Nova, harus komprehensif, baik sisi sejarah dan nilai-nilainya, maupun misi dakwah Nabi Muhammad Saw.
“Apa yang diucapkan dan dilakukan Rasulullah bukan berasal dari keinginan hawa nafsunya, melainkan bersumber dari wahyu Allah, yaitu Al-Qur’anul Karim,” katanya.
Menurut Nova, peringatan Maulid tidak sekadar seremonial, mempertahankan tradisi, menghidupkan budaya, namun tanpa nilai dan hampa makna. Peringatan ini harus berdampak positif bagi pola pikir dan perilaku keseharian kita umat Islam, kata Nova.
Selanjutnya Nova menjelaskan, perintah meneladani spirit perjuangan dan karakter Rasulullah, telah termaktub dalam Surat Al-Ahzab ayat 21, yang artinya, sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu.
“Ayat tersebut menjelaskan, Rasulullah suri tauladan yang baik bagi kita. Hal ini diperkuat dengan empat sifat Rasulullah yang mashur dan wajib dipercaya dan diteladani, yaitu Siddiq, sifat benar, baik dalam perkataan maupun perbuatannya,” urai Nova.
Sifat selanjutnya, sambung Nova, Amanah, yaitu terpercaya dalam menjalankan urusan dan kewajiban yang diembankannya. Selanjutnya Tabligh, yaitu teguh dalam menyampaikan kebenaran, dan terakhir Fathanah, yaitu cerdas dalam menyikapi setiap permasalahan yang terjadi di kalangan umat.
“Karakter Qur’ani inilah yang mesti diteladani dan diaktualisasikan secara baik dan benar, terutama dalam kehidupan masyarakat muslim di Aceh yang menjalankan Syariat Islam secara kaffah. Kita terus berikhtiar dan berdoa kepada Allah agar Syariat Islam yang dilaksanakan di Aceh memberi keberkahan dan rahmat bagi kita semua,” kata Nova.
Tradisi Maulid Aceh
Tradisi di Aceh, peringatan maulid diselenggarakan selama tiga bulan berturut-turut, dari bulan Rabiul Awwal hingga akhir Jumadil Awal.
“Selama tiga bulan itu masyarakat mengadakan kenduri sebagai tanda syukur, zikir, doa, pembacaan barzanji, dan ceramah agama,” kata Nova.
Nova juga menjelaskan, panjangnya waktu peringatan Maulid di Aceh sebagai wujud kecintaan masyarakatnya kepada Rasulullah. Selain itu, peringatan Maulid juga untuk menelusuri kembali jejak keagungan dan kebesaran Rasulullah sebagai tokoh pembawa perubahan dan rahmat bagi sekalian alam.
Disadari atau tidak, sambung Nova, tak ada gambaran kegembiraan dalam sejarah umat manusia yang menyamai kegembiraan umat atas Nabi Muhammad Saw. Sebab, Rasulullah pembawa harapan dan bukti terbesar petunjuk Allah untuk menyelamatkan manusia.
“Ajaran Rasulullah meliputi diagnosis Al-Quran terhadap akar segala konflik umat manusia, yaitu benar atau salah, baik dan buruk, kehancuran atau kebangkitan, hingga Rasulullah memberi resep yang diperlukan, berupa kebenaran dan hidayah, serta jalan kebahagiaan dunia dan akhirat melalui petunjuk Al-Quran,” sambung Nova.
Sementara itu, Ustadz Samsul Arifin Nababan, dalam tausyiahnya menceritakan tentang kelembutan sikap Rasulullah. Sikap lemah lembut Rasulullah menjadi salah satu alasan kafir quraish berbondong-bondong menjadi pengikutnya dan mengucapkan dua kalimat Syahadat.
Menurut Ustaz Samsul, akhlak Rasulullah yang membuat kaum jahiliah arab menerima Islam. Salah satu akhlak tersebut sifat lemah lembut. “Rasulullah merupakan pribadi yang dikenal santun dan lemah lembut,” kata Ustadz Samsul.
Selain lemah lembut, sambung Ustadz Samsul, kemukjizatan Al-Qur’an juga menjadi alasan mengapa banyak kaum jahiliyah Arab memeluk Islam.
“Kemukjizatan Al-Qur’an telah membuat orang sekeras dan seberingas Umar bin Khatab menjadi lembut hati. Sosok yang terkenal sebagai penentang ajaran Rasulullah ini menjadi luluh dan memeluk Islam, usai mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh adiknya Fatimah, dan membaca sendiri Surat Thaha,” ujar Ustadz Samsul.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1441 Hijriah juga dimeriahkan dengan Haflah Al-Qur’an oleh Syeikh Taha Mohamed Noaman Hussein, qari internasional dari Mesir. Selain itu, hadir juga dua qari nasional, Ustadz Ahmad Ahraj Hasibuan dari Medan dan Ustadz Hamli Yunus dari Aceh.
Acara yang dirangkai dengan Haflah Quran oleh para Qari Nasional dan Internasional itu, juga diikuti seluruh Unsur Forkopimda, para Kepala Satuan Kerja Perangkat Aceh, dan tokoh masyarakat Aceh lainnya[adv]
Beranjak dari perumpamaan di atas, Nova mengajak hadirin untuk menjadikan peringatan Maulid Nabi sebagai wahana pengkajian dan menggali keteladanan Rasulullah. Kajian tersebut, lanjut Nova, harus komprehensif, baik sisi sejarah dan nilai-nilainya, maupun misi dakwah Nabi Muhammad Saw.
“Apa yang diucapkan dan dilakukan Rasulullah bukan berasal dari keinginan hawa nafsunya, melainkan bersumber dari wahyu Allah, yaitu Al-Qur’anul Karim,” katanya.
Menurut Nova, peringatan Maulid tidak sekadar seremonial, mempertahankan tradisi, menghidupkan budaya, namun tanpa nilai dan hampa makna. Peringatan ini harus berdampak positif bagi pola pikir dan perilaku keseharian kita umat Islam, kata Nova.
Selanjutnya Nova menjelaskan, perintah meneladani spirit perjuangan dan karakter Rasulullah, telah termaktub dalam Surat Al-Ahzab ayat 21, yang artinya, sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu.
“Ayat tersebut menjelaskan, Rasulullah suri tauladan yang baik bagi kita. Hal ini diperkuat dengan empat sifat Rasulullah yang mashur dan wajib dipercaya dan diteladani, yaitu Siddiq, sifat benar, baik dalam perkataan maupun perbuatannya,” urai Nova.
Sifat selanjutnya, sambung Nova, Amanah, yaitu terpercaya dalam menjalankan urusan dan kewajiban yang diembankannya. Selanjutnya Tabligh, yaitu teguh dalam menyampaikan kebenaran, dan terakhir Fathanah, yaitu cerdas dalam menyikapi setiap permasalahan yang terjadi di kalangan umat.
“Karakter Qur’ani inilah yang mesti diteladani dan diaktualisasikan secara baik dan benar, terutama dalam kehidupan masyarakat muslim di Aceh yang menjalankan Syariat Islam secara kaffah. Kita terus berikhtiar dan berdoa kepada Allah agar Syariat Islam yang dilaksanakan di Aceh memberi keberkahan dan rahmat bagi kita semua,” kata Nova.
Tradisi Maulid Aceh
Tradisi di Aceh, peringatan maulid diselenggarakan selama tiga bulan berturut-turut, dari bulan Rabiul Awwal hingga akhir Jumadil Awal.
“Selama tiga bulan itu masyarakat mengadakan kenduri sebagai tanda syukur, zikir, doa, pembacaan barzanji, dan ceramah agama,” kata Nova.
Nova juga menjelaskan, panjangnya waktu peringatan Maulid di Aceh sebagai wujud kecintaan masyarakatnya kepada Rasulullah. Selain itu, peringatan Maulid juga untuk menelusuri kembali jejak keagungan dan kebesaran Rasulullah sebagai tokoh pembawa perubahan dan rahmat bagi sekalian alam.
Disadari atau tidak, sambung Nova, tak ada gambaran kegembiraan dalam sejarah umat manusia yang menyamai kegembiraan umat atas Nabi Muhammad Saw. Sebab, Rasulullah pembawa harapan dan bukti terbesar petunjuk Allah untuk menyelamatkan manusia.
“Ajaran Rasulullah meliputi diagnosis Al-Quran terhadap akar segala konflik umat manusia, yaitu benar atau salah, baik dan buruk, kehancuran atau kebangkitan, hingga Rasulullah memberi resep yang diperlukan, berupa kebenaran dan hidayah, serta jalan kebahagiaan dunia dan akhirat melalui petunjuk Al-Quran,” sambung Nova.
Sementara itu, Ustadz Samsul Arifin Nababan, dalam tausyiahnya menceritakan tentang kelembutan sikap Rasulullah. Sikap lemah lembut Rasulullah menjadi salah satu alasan kafir quraish berbondong-bondong menjadi pengikutnya dan mengucapkan dua kalimat Syahadat.
Menurut Ustaz Samsul, akhlak Rasulullah yang membuat kaum jahiliah arab menerima Islam. Salah satu akhlak tersebut sifat lemah lembut. “Rasulullah merupakan pribadi yang dikenal santun dan lemah lembut,” kata Ustadz Samsul.
Selain lemah lembut, sambung Ustadz Samsul, kemukjizatan Al-Qur’an juga menjadi alasan mengapa banyak kaum jahiliyah Arab memeluk Islam.
“Kemukjizatan Al-Qur’an telah membuat orang sekeras dan seberingas Umar bin Khatab menjadi lembut hati. Sosok yang terkenal sebagai penentang ajaran Rasulullah ini menjadi luluh dan memeluk Islam, usai mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh adiknya Fatimah, dan membaca sendiri Surat Thaha,” ujar Ustadz Samsul.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1441 Hijriah juga dimeriahkan dengan Haflah Al-Qur’an oleh Syeikh Taha Mohamed Noaman Hussein, qari internasional dari Mesir. Selain itu, hadir juga dua qari nasional, Ustadz Ahmad Ahraj Hasibuan dari Medan dan Ustadz Hamli Yunus dari Aceh.
Acara yang dirangkai dengan Haflah Quran oleh para Qari Nasional dan Internasional itu, juga diikuti seluruh Unsur Forkopimda, para Kepala Satuan Kerja Perangkat Aceh, dan tokoh masyarakat Aceh lainnya[adv]