Habanusantara.net, Lhokseumawe, Wali Nanggroe Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al Haytar mengharapkan lulusan Univestas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe tidak menjadi penonton, akan tetapi harus menjadi pemiliki (Owner). “Kalian tidak boleh menjadi penonton dalam era industry 4.0 ini, tetapi harus menjadi pelaku” ujar PYM Malek Mahmud Al Haytar dihadapan civitas akademik dan ratusan wisudawan Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe, Kamis (21/11/2019).
Untuk menjadi pelaku, kata Malik Mahmud, maka berusahalah untuk merubah paradigma, berusahalah dengan ilmu dan keterampilan yang dimiliki, apalagi para lulusan univestas terkemuka di Aceh ini masih banyak kesempatan dan pengalaman yang akan diraih.
Ia menambahkan, para indatu kita sudah membuktikan bahwa kerajaan Aceh merupakan salah satu dari lima kerajaan islam terkuat di dunia. “Nenek moyang kita adalah para saudagar, pedagang antar benua. Jadi kita tidak boleh hanya berpikir menjadi pegawai negeri saja, tetapi berpikirlah global dan bertindaklah lokal. artinya tindakan kita harus mampu mencerminkan perilaku orang Aceh yang santun, jujur, tegas dan berakhlak,” ujarnya.
Menurutnya, Aceh ini memiliki sumber daya alam yang sangat besar dan menjadi incaran pihak lain dari masa ke masa. Bumi dan Air kita tidak boleh jatuh ke tangan orang lain sehingga rakyat Aceh tidak mendapatkan apa-apa. Hasil bumi Aceh harus diperjuangkan bagi kemakmuran Bangsa Aceh.
Katanya, sudah terlalu banyak masa yang kita habiskan sedangkan kehidupan kita tidak menjadi lebih baik. Padahal ia yakin anak anak Aceh khususnya alumni universitas malikus saleh punya kemampuan untuk mengelola sumber daya alam dan mengembalikan kejayaan Aceh ini,
“di era revolusi industry 4.0 ini tantangannya begitu besarnya, maka gunakanlah ilmu yang telah saudara miliki untuk kemajuan dan kemakmuran Aceh. Jangan lagi kita saling curiga, saling mendendam dan saling menghambat sesama kita. marilah kita satukan langkah, saling bekerjasama membangun Aceh yang tamaddun,” harap Malik Mahmud lagi.
Pada kesempatan itu juga, Malik Mahmud mengungkapkan, kehadiran Wali Nanggroe dan lembaga Wali Nanggroe sebagai amanat undang-undang nomor 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh, adalah wujud kekhususan dan keistimewaan Aceh, sebagai pemersatu rakyat aceh, meninggikan dinul islam, mewujudkan kemakmuran rakyat, menegakkan keadilan dan menjaga perdamaian serta mengembangkan peradaban Aceh sebagai bagian dari peradaban dunia.
Untuk menjadi pelaku, kata Malik Mahmud, maka berusahalah untuk merubah paradigma, berusahalah dengan ilmu dan keterampilan yang dimiliki, apalagi para lulusan univestas terkemuka di Aceh ini masih banyak kesempatan dan pengalaman yang akan diraih.
Ia menambahkan, para indatu kita sudah membuktikan bahwa kerajaan Aceh merupakan salah satu dari lima kerajaan islam terkuat di dunia. “Nenek moyang kita adalah para saudagar, pedagang antar benua. Jadi kita tidak boleh hanya berpikir menjadi pegawai negeri saja, tetapi berpikirlah global dan bertindaklah lokal. artinya tindakan kita harus mampu mencerminkan perilaku orang Aceh yang santun, jujur, tegas dan berakhlak,” ujarnya.
Menurutnya, Aceh ini memiliki sumber daya alam yang sangat besar dan menjadi incaran pihak lain dari masa ke masa. Bumi dan Air kita tidak boleh jatuh ke tangan orang lain sehingga rakyat Aceh tidak mendapatkan apa-apa. Hasil bumi Aceh harus diperjuangkan bagi kemakmuran Bangsa Aceh.
Katanya, sudah terlalu banyak masa yang kita habiskan sedangkan kehidupan kita tidak menjadi lebih baik. Padahal ia yakin anak anak Aceh khususnya alumni universitas malikus saleh punya kemampuan untuk mengelola sumber daya alam dan mengembalikan kejayaan Aceh ini,
“di era revolusi industry 4.0 ini tantangannya begitu besarnya, maka gunakanlah ilmu yang telah saudara miliki untuk kemajuan dan kemakmuran Aceh. Jangan lagi kita saling curiga, saling mendendam dan saling menghambat sesama kita. marilah kita satukan langkah, saling bekerjasama membangun Aceh yang tamaddun,” harap Malik Mahmud lagi.
Pada kesempatan itu juga, Malik Mahmud mengungkapkan, kehadiran Wali Nanggroe dan lembaga Wali Nanggroe sebagai amanat undang-undang nomor 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh, adalah wujud kekhususan dan keistimewaan Aceh, sebagai pemersatu rakyat aceh, meninggikan dinul islam, mewujudkan kemakmuran rakyat, menegakkan keadilan dan menjaga perdamaian serta mengembangkan peradaban Aceh sebagai bagian dari peradaban dunia.
“Sebagai pengemban amanat Wali Nanggroe Aceh, secara pribadi saya sampaikan saya adalah manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan dan kesilapan. meskipun demikian untuk sebuah tujuan Aceh mulia, tentu saja saya harus berjuang menjalani ini semua. Kami tentu mengharapkan kritik yang membangun, kritik yang memberisolusi, bukan polemik, bukan hujatan yang tanpa tabayyun,” harapnya.
Dalam membangun Aceh ini, Malik Mahmud juga berharap dukungan dan kerjasama semua pihak, khususnya dari intelektual kampus, universitas malikus saleh yang kita cintai ini,” cetusnya lagi.
Ia juga meminta kepada semua, untuk kembali menggali sejarah Aceh yang sesungguhnya. kita kumpulkan dan bukukan sejarah yang sebenarnya. bukan seperti cerita cerita yang di buat oleh orang lain yang bertujuan menyesatkan sejarah kita, sehingga generasi muda tidak lagi mengenal karakter dan sejarah indatunya. “harapan kami semoga hari ini menjadi kilas balik sejarah bangkit dan kembali nya kejayaan peradaban Aceh,” pungkas Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe Malik Mahmud Al Haytar.
Sebelumnya, Kehadiran Wali Nanggroe ke Lhokseumawe atas undangan khusus dalam rangka Wisuda Angkatan XXIII Universitas Malikussaleh.[Ismail]