HN-Banda Aceh, Kasus pertumbuhan anak gagal (Stunting) terjadi hampir seluruh Kabupaten kota di Aceh yaitu sekitar 28-32 Persen, namun yang paling dominan saat ini Kasus Stunting tersebut terjadi di kabupaten Pidie dan Aceh Tengah. Hal tersebut di ungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Aceh dr. Hanif kepada Habanusantara.com usai mengikut pembukaan Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) yang di gelar di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh (17/4/2018)
 |
| Foto : Ilustrasi Anak Pendek |
Menurut Hanif, Saat ini kasus pertumbuhan anak gagal paling banyak terjadi di wilayah Pidie dan Aceh tengah, sementara di daerah lain hampir seimbang, hanya wilayah tersebut saja lebih tinggi sedikit, hal tersebut di ungkap dr. Hanif berdasarkan data hasil survey yang di peroleh pihanya.
balita di aceh mengalami stunting, yakni kondisi gagal tumbuh pada anak umur di bawah lima tahun (balita) karena kekurangan gizi kronis. Sehingga tubuh anak tersebut lebih pendek dari balita normal seusianya, "Kasus ini sudah lama terjadi di aceh, bagi yang sudah terjadi stunting ini tidak bisa di sembuhkan," Ujar dr.Hanif
Untuk itu, Tugas kita saat ini adalah mengurangi kasus yang baru, disinilah yang harus di intervensi di mulai sejak ibu hamil, kemudian sampai 1000 hari kehidupan seroang anak jadi itulah intervensi-intervensi yang harus lakukan.
dr. Hanif juga berharap kepada masyarakat bisa merubah prilaku pola makan yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang cukup pada saat hamil, perbanyak protein, menjaga kehamilan dengan baik, begitu lahir langsung diberikan air susu ibu (ASI) yaitu ASI eksklusif selama 6 bulan serta jangan diberikan makan yang lainnya, harap hanif
Setelah umurnya 6 bulan barulah anak tersebut boleh diberikan makanan tambahan, "sebenarnya makanan tambahan yang diberikan ini harus sesuai dengan umur anak, Saat ini sudah ada aturan yang mengatur bagaimana memberikan makanan untuk anak yang 1 - 2 tahun itu yang harus di jaga," Jelas dr. Hanif
“Stunting biasanya baru terdeteksi saat anak berusia dua tahun. Anak yang mengalami stunting umumnya memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal, rentan terhadap penyakit, dan menurunnya produktivitas anak,” tutupnya[ip]
