Aceh Besar | Tarmizi Thaib mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) secara resmi mendaftarkan dirinya sebagai Calon Anggota Legislatif Dapil 3 DPRK Aceh Besar dalam pileg tahun 2019 mendatang.
Tepat pada hari Sabtu (17/03/2018) kemarin, ia didampingi istrinya yang merupakan seorang Muallaf secara resmi mendaftar di kantor DPW PDA Kabupaten Aceh Besar. Saat ditanya alasan dirinya maju melalui PDA, ia menyatakan tidak perlu alasan banyak untuk memilih dan berjuang bersama partai tersebut.
“ Tidak perlu banyak alasan kenapa saya memilih Partai Daerah Aceh, cukup satu alasan bagi saya bersama PDA, PDA satu-satunya partai bentukan ulama Aceh, satu-satunya partai yang selalu siap menghabiskan seluruh energinya hanya untuk kejayaan agama Allah” pungkasnya.
Menurutnya saat ini PDA lah yang tetap konsisten memperjuangkan hak-hak rakyat secara syariah, baik itu bersifat langsung maupun mengawal produk hukum yang berlaku di Aceh tidak keluar dari jalur syar`iah berdasarkan faham ahlussunnah wal jamaah, sebutnya.
Saat ditanya sebelumnya dirinya bergabung dengan partai apa, ia langsung menjawab spontan bahwa sejak perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka dengan pihak Pemerintah Republik Indonesia, dirinya sama sekali tidak bergabung dengan partai manapun, baik Parlok maupun Parnas. Pasca perdamaian awalnya ia menaruh harapan yang sangat besar kepada rekan-rekannya sesama mantan anggota GAM yang telah berafiliasi dalam pemerintahan agar mampu menyejahterakan seluruh rakyat Aceh secara umum.
Namun lanjutnya, ia sangat kecewa dengan apa yang diperlihatkan selama ini.
Hancur, harapan rakyat luluh lantak, pasca damai bukannya bersatu kita, malah lebih parah saling memaki, mencaci bahkan saling membunuh, nyata sekali bahwa apa yang mereka ributkan selama ini ternyata bukan demi kemaslahatan umat, tapi lebih kepada kelompok dan personal mereka saja.
"Pemerintah telah memberikan ruang gerak yang cukup besar untuk membangun negeri kita, disini kita malah asik berantem, malu kita,"ujar
Tarmizi Thaib.
Lanjutnya, yang dibutuhkan rakyat Aceh saat ini adalah kesejahteraan hati, kesejahteraan itikad dan aqidah, norma-norma agama dan adat budaya kita begitu mudah disingkirkan dalam tatanan kehidupan sehari-hari, inilah target perjuangan kami, untuk mewujudkan kesejahteraan itu, para pemuda wajiblah dibimbing ke arah pendidikan dan kegiatan keagamaan, jika tidak, phak luyak nanggroe nyoe, hanco nanggroe nyoe, ingatnya.
Saat wartawan menyinggung tentang persiapan menghadapi pemilu, ia menjawab santai.
Kami kader PDA sangat dilarang ceumeucet lam ujeun raya, artinya kami tidak dibolehkan menyampaikan teori politik yang sesat lagi menyesatkan.
Kami berbicara logis dan fleksibel saja, lagena droe laju, sekalipun cenderung susah diterima oleh masyarakat, tapi kami tetap harus menyampaikan testimoni Partai kami yang sebenarnya, jangan sampai seperti Pepatah Endatu Le peugah buet tan, Le urusan hasé hana, Le lagèe malèe pih tan, Le alasan h'ansoe peucaya.
Ia mengakui perjuangan politik kedepan akan sangat berat karena biasanya para pencari simpati cenderung menjanjikan sesuatu yang sangat berlebihan dan tidak masuk akal ke pemilih.
Hal ini sangat dimaklumi karena pola pikir masyarakat masih terkontaminasi dengan hayalan kesejahteraan yang tak pernah nyata.
"Alhamdulillah saya sangat yakin, pola lama itu sudah tidak laku lagi bagi masyarakat, rakyat Aceh sudah sangat pintar dan bijak, saya yakin rayuan cet langet dan intimidasi tidak laku lagi,"imbuhnya lagi.
Ia mengakui dukungan untuk dirinya telah datang dari beberapa pimpinan Dayah, para santri mahasiswa dan pemuda, disisi lain ia juga mengakui sebagian rekannya dari mantan GAM akan berbalik haluan memberi dukungan kepada dirinya.
“ Insya Allah, dengan lafaz Bismillah, kami akan berjuang bersama ummat untuk Aceh yang hebat, bermartabat dan bersyariah berdasarkan faham Ahlussunnah Wal Jamaah, Mohon dukungannya secara ikhlas, ini semua kami lakukan hanya Untuk Aceh Besar Geunaseh Hate,” tutupnya.(dailyaceh)