-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Bantuan Militer AS Tak Ubah Situasi, Ukraina Sudah Kalah

08 Juni 2022 | Juni 08, 2022 WIB | Last Updated 2022-06-08T01:12:22Z


Peluncur rudal M142 HIMARS dioperasikan Angkatan Darat AS saat latihan Red Flag Alaska Exercises pada 2020. Foto/US Air Force

Habanusantara.net, WASHINGTON - Bantuan militer AS tidak akan mengubah status quo di medan perang, menurut mantan analis CIA Larry Johnson. Pada saat yang sama, keterlibatan Washington dalam kebuntuan Ukraina telah menjadi bumerang bagi ekonomi Amerika Serikat (AS) dan menempatkan mata uang dolar dalam bahaya, menurut dia. AS menyediakan Ukraina dengan sejumlah besar persenjataan dan amunisi untuk memperkuat posisi Kiev di meja perundingan, menurut Presiden AS Joe Biden dalam opininya pada 31 Mei untuk The New York Times.

Anggota tim perunding Ukraina dengan Rusia David Arakhamia mendukung posisi Biden pada 4 Juni. Dia menekankan Kiev akan melanjutkan pembicaraan damai hanya setelah persenjataan canggih tiba dari sekutu Barat.

Sementara itu, dalam beberapa pekan terakhir AS dan sekutunya telah menempatkan penekanan baru pada perlunya penyelesaian yang dinegosiasikan untuk mengakhiri konflik, menurut CNN.

“Dorongan yang muncul untuk perdamaian yang dinegosiasikan adalah pengakuan bahwa Kiev telah kalah perang,” ungkap Larry Johnson, seorang veteran CIA dan Kantor Kontra Terorisme Departemen Luar Negeri AS, yang memberikan pelatihan kepada satuan tugas Operasi Khusus Militer AS selama 24 tahun. 

Joe Biden mengesahkan pengiriman batch pertama HIMARS ke Ukraina. Gedung Putih akan mengirim lebih banyak senjata ke Kiev setelah pengesahan paket bantuan militer senilai USD40 miliar. Akankah bantuan ini menjadi pengubah permainan? Mengapa? “Tidak, saya tidak berpikir bahwa bantuan itu akan menjadi pengubah permainan. Ini mungkin memperpanjang beberapa pertempuran, tetapi masalah bagi militer Ukraina adalah mereka tidak memiliki unit manuver yang utuh,” ujar Larry Johnson pada Sputnik, Selasa (7/6/2022). 

“Dan yang saya maksud adalah mereka tidak memiliki unit lapis baja yang dapat dikirim dari satu titik ke titik lain yang didukung oleh kolom infanteri yang kemudian dapat melakukan serangan terhadap posisi tetap Rusia,” papar dia. 

Dia menambahkan, “Strategi dan taktik Ukraina hingga saat ini adalah dengan menempatkan diri mereka di posisi bertahan dan mencoba menghentikan Rusia dengan cara itu. Apa yang dilakukan Rusia adalah dengan sangat metodis dalam meledakkan mereka dan menggunakan artileri untuk menghancurkan posisi-posisi ini.” “Jika ada, ini dapat mengintensifkan konflik dan menyebabkan serangan di pusat-pusat pemerintahan di Kiev yang saat ini dihindari oleh Rusia,” ujar dia. 

Pada tanggal 28 Mei, Larry Johnson menarik perhatian pada fakta bahwa setidaknya 12 unit Ukraina tampaknya telah memberontak terhadap rantai komando mereka. Dalam video "memberontak" yang diposting di platform media sosial, pasukan Ukraina mengeluh karena tidak diberikan senjata dan peralatan yang mereka butuhkan untuk berperang.

Pesan apa yang dikirim video ini ke Kiev dan Barat? “Pesannya akan keluar. Ini tampaknya sebagian besar Pasukan Pertahanan Teritorial. Ini bukan tentara penuh waktu hingga saat ini. Tetapi ketika ada keadaan darurat atau pecahnya konflik, mereka dipanggil dan dikirim,” ungkap Larry Johnson.(SINDONEWS.com)


close