-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Masa Depan AC Milan di Tangan “Sultan”

06 April 2022 | April 06, 2022 WIB | Last Updated 2022-05-12T07:59:46Z



Habanusantara.net, - Rumor AC Milan bakal mengikuti jejak Manchester City, Paris Saint-Germain, atau Newcastle United sebagai klub Sultan Eropa sepertinya bakal diaminkan oleh Investcorp.

Pasalnya, perusahaan asal Bahrain tersebut sedang menggelar negoisasi ekskusif klub raksasa Italia dari Elliott Manajement yang dibanderol 1 miliar euro.

Apakah ini sebuah sinyal baik bagi masa depan Rossonerri?

Menyebut kata sultan terlintas sebuah sinyal kejayaan masa depan. Satu sisi, bagi klub sponsor Wefox tersebut, siapa pun yang datang mungkin tetap saja lagu lama. Sebab Diavollo Rosso telah kenyang dengan semua janji manis pascaditinggal mantan Perdana Menteri Italia, Silvio Berlusconi ke tangan Yonghong Li. Klub berusia 123 tahun itu rentan digombal.

Sejatinya, Yongli bukanlah orang yang tepat mengelola klub sekaliber AC Milan. Namun semua terlanjur terjadi, mau apa lagi. Selain tak punya latar belakang sepak bola, reputasi dunia bisnisnya juga samar.

Anehnya, kedatangan pengusaha misterius itu ke San Siro sukses menghipnotis fans Milan terutama saat menyambut laga pramusim di Amerika lewat bentangan syal bertuliskan “We Are So Rich” yang artinya “Kami Sangat Kaya.” Kampanye Li membawa sejuta harapan (palsu) di tubuh klub.

Milan digadang bakal kembali ke era Paolo Maldini. Mendatangkan sekaligus 11 pemain baru sebuah kiriman sinyal. Faktanya semua hanya ilusi. Cita-cita Rossonerri Sport Investment Lux membangun bisnis sepak bola dengan langkah borong pemain ternyata gagal total.

We Are So Rich hanya kisah di balik segunung hutang yang menyeret runner up Liga Champions disita Elliott. Hanya butuh 300 juta dolar, sekali lagi Anda tidak salah membaca, cukup 300 juta dolar saja klub Setan Merah Serie A langsung berpindah tangan.

Jebakan transaksi super murah. Kabar baiknya, meski sama-sama tidak memiliki keterikatan emosional dengan dunia kulit bundar, namun kondisi Milan di bawah milyuner New Jersey lumayan stabil.

Lapangan hijau sulit berada di tampuk mengandalkan saldo kurus. Sebab cerdas saja tidak cukup. Melepas Milan ke Yong Li merupakan catatan blunder besar seorang Berlusconi yang menggiring reputasi klub merosot. Ditambah lagi pengusaha Cina tersebut nekat betul mengetuk pintu ruang kerja Paul Singer ke New York.

Siapalah Yongli bagi Elliot grup? Presiden Cristina Kirchner saja tak berkutik saat kapal perang Argentina disita di laut Ghana karena tenggat hutang ke salah satu anak perusahaan tanpa neko-neko itu.

Curiculum vitae bisnis Li yang tidak jelas hampir membawa Milan tenggelam. Bersamaan lahirnya Financial Fair Play lengkap sudah mewarnai mimpi buruk klub jatuh ke titik terendah.

Paling mudah terbaca, coba amati suasana nonton bareng atau forum diskusi penggemar AC Milan saat ini. Apakah diisi mayoritas generasi 90-an ke bawah atau setelahnya? Tentu bila tidak ada regenerasi dan kaderisasi, sangat mungkin jumlah Milanisti semakin berkurang dalam waktu 10-20 tahun ke depan. Tentunya, cerita ini sangat tidak diinginkan (La Stori 2: Finanza).

Dilansir dari Football Italia 15 April 2022via media Prancis L’Equipe, keputusan Elliott menjual AC Milan karena UEFA mulai menyelidiki transaksi pemain mencurigakan bersama klub Prancis Lile terkait transfer berbau nepotisme.

Jika rumor akuisisi adalah sebuah keseriusan nyata, mari kita lihat apakah Milan bakal menjadi the next Manchester City atau PSG dalam kebangkitan? Ya, paling tidak, beberapa aktor lapangan yang dibanderol harga mewah nantinya akan jadi bahan cuci mata yang menggugah selera tontonan penghuni tribun dan layar kaca.

Berita segar kesepakatan pembelian klub Serie A oleh Bos Investcorp, Mohammed Alardi hampir selesai. Namun kekhawatiran lain muncul. Transisi yang berlangsung di tengah jalan begini ada kemungkinan goyah di bawah manajemen baru dalam masa adaptasi, biasa berdampak pada psikologis pemain. Imbasnya menurun performa tampilan giornata yang kian tanggung atau status Capolista redup serta gagal scudetto.

Fenomena serupa tak ubah ibarat seorang murid pindah sekolah sebelum pengambilan rapor. Hal yang paling mungkin terjadi adalah menurunnya nilai setiap mata pelajaran berikutnya saat menghadapi kondisi sekolah dan guru baru.

Jika Investcorp sedikit lebih sabar dalam mengambil tindakan, ke depan akan mudah membangun kejayaan Rossonerri. Tinggal konversi saja estafet juara yang pernah terukir di San Siro Museum. Tujuh trofi Liga Champions sudah cukup untuk mendongkrak kembali popularitas sepak bola di kancah Eropa. Bayangkan misalnya Raja Timur Tengah nanti sukses menambah satu trofi saja.

Mari berandai-andai sebelum semua benar-benar terjadi. Lagi pula roh juara pun belum benar-benar pergi. Ada Maldini, Massara, serta Moncada, Trio M tersebut siap pasang badan menunggu panggilan. Semoga semua bukan obokan angin surga yang transit di kota fashion untuk ke sekian kali.(Acehfootball)

close