-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Diari Akmal Marhali: PSSI Kembali ke Khittah

07 April 2022 | April 07, 2022 WIB | Last Updated 2022-05-12T08:03:45Z





Habanusantara.net - Federasi sepakbola nasional atau Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia alias PSSI sudah berusia 92 tahun. Lembaga ini didirikan dengan semangat patriotisme sebagai alat perjuangan melawan penjajahan.


PSSI lahir dari rahim persatuan dan kesatuan bangsa. Membawa jiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Dengan visi dan misi mulia mengangkat harkat dan martabat bangsa lewat sepakbola.

Lahir di Yogyakarta pada 19 April 1930 dengan nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Ir. Soeratin Sosrosoegondo ketua pertamanya. Kini, di usia yang semakin tua, tentunya, sudah banyak suka duka dilalui. Sudah seabrek pengalaman dirasakan.

Sudah beribu program dilontarkan. Tapi, entah mengapa prestasi yang dibanggakan belum juga datang kecuali nostalgia pernah tampil di Piala Dunia 1938 atas nama Hindia Belanda, menahan imbang Uni Soviet di Olimpiade Melbourne 1956 dan medali emas Sea Games 1987 dan 1991.


Padahal, bicara potensi sangat luar biasa. Pernah dijuluki Brazil Asia. Sumber Daya Manusianya (baca: pemain) melimpah, suporter juga teramat istimewa. Lalu, PSSI mau kemana?

Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda waktunya untuk berkontemplasi. Muhasabah. Merenung. Momen pas untuk kembali mengurai sejarah. Mengembalikan PSSI kembali ke khittahnya dengan semangat patriotisme yang dibangun Ir. Soeratin.

Mengedepankan persatuan dan kesatuan untuk mengejar prestasi yang didambakan. Dan, saat ini semangat sepakbola Indonesia untuk Kick Out Covid-19 sangat dibutuhkan. Dengan filosofi kerjasama kita bisa bangkit. Yakinlah, habis gelap terbitlah terang.

Sejatinya, masyarakat menanti era baru PSSI yang mampu berlari cepat. Bersinergi dengan pemerintah untuk dua prestasi: industri dan juga trofi. Membangun pondasi yang kokoh lewat pembinaan, kompetisi yang sehat dan timnas Indonesia yang kuat.

Melawan sistem kartel yang merusak moral sepakbola lewat match fixing. Karena itu, para stakeholder sepakbola nasional pun harus sepakat: sudah waktunya membuat sepakbola Indonesia berjaya untuk kebanggaan Ibu Pertiwi (Acehfootball).
close