-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Berjasa Wujudkan Perdamaian Aceh, Malik Mahmud Al Haythar Terima Penghargaan dari USK

10 Februari 2022 | Februari 10, 2022 WIB | Last Updated 2022-02-10T14:47:27Z

Rektor USK,Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., IPU. ASEAN-Eng menyerahkan penghargaan USK Award kepada Wali Nanggroe Aceh Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al Haythar, Kamis (10/2/2022) [Foto/Irwan]


Habanusantara.net, Banda Aceh – Dianggap telah berjasa mewujudkan dan menjaga perdamaian Aceh, Wali Nanggroe Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al Haythar diangerahi penghargaan sebagai tokoh perdamaian USK Award yang diselenggarakan oleh Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Kamis(10/2/2022).

Rektor USK,Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., IPU. ASEAN-Eng mengatakan, Anugrah tersebut merupakan penghargaan atas personal yang telah berjasa mewujudkan dan menjaga perdamaian Aceh.

"Ini yang pertama kali USK menganugerahkan tokoh perdamaian. Mudah-mudahan apa yang kami anugerahkan dan Wali Nanggroe menerimanya, menjadi contoh bagi kita semua. Agar kita, khususnya orang Aceh menjaga perdamaian," katanya.

Sementara itu, Malik Mahmud Al Haytar mengatakan bahwa, tokoh kunci terwujudnya perdamaian di Aceh tidak lain adalah almarhum Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe Aceh DR. Tgk. Hasan Muhammad di Tiro.

“Karena atas dasar persetujuan beliau lah MoU Helsinki antara GAM dengan Pemerintah RI 15 Agustus 2005 silam bisa terwujud,” kata Wali Nanggroe Aceh itu.

Beliau, mengingatkan, MoU Helsinki merupakan kehendak bersama kedua belah pihak, yaitu GAM dan Pemerintah RI, dimana dunia internasional menjadi saksi saat MoU Helsinki ditandatangani.

"MoU Helsinki menjadi legal standing Aceh, sekaligus starting point menuju kemakmuran dan kesejahteraan dimasa depan," sebutnya.

Menurutnya Wali Nanggroe yang ke 10 itu, Aceh bersedia berdamai adalah untuk tujuan mendapatkan kemakmuran dan kesejahteraan. Namun sayangnya, hal itu belum tercapai.

“Dalam hal ini orang Aceh harus sadar, terutamanya pemuda pemudi, harus mengerti dimana kepentingan kita di dalam NKRI ini. Kita ada kepentingan nasional Aceh sendiri sesuai dengan perjanjian yang telah kita tandatangani. itu adalah hak kita semua,” ujarnya

Selain itu, ia juga mengingatkan, keteguhan dalam mempertahankan perdamaian Aceh tidak bisa dipertahankan tanpa kemitraan antara semua komponen bangsa Aceh.

"Damai Aceh bukanlah karya atau kerja individu, tetapi karya bersama. Aceh tidak akan dapat melakukan apapun jika disertai rasa kebencian diantara sesama dan juga terhadap Indonesia yang menjadi pihak dalam perjanjian damai," pungkas Tgk Malik Mahmud Al Haytar (Irwan)

Editor : Barlian
close