-->

Notification

×

Iklan

Iklan

BAS di Ibu Kota Negara Resmi di Launching, Gubernur Aceh Berharap Mampu Bersaing dengan Bank Nasional

01 Februari 2022 | Februari 01, 2022 WIB | Last Updated 2022-02-01T09:23:28Z
Gubernur Aceh, Nova Iriansyah saat melakukan foto bersama dengan Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, Arief Hartawan, Kepala OJK Provinsi Aceh, Yusri, Dirut Bank Aceh, Haizir Sulaiman, Wali Nanggroe, Tengku Malik Mahmud Al Haytar, Ketua DPR Aceh, Dahlan Djamaluddin, serta Mantan Pj. Gubernur Aceh, Mustafa Abubakar pada acara Customer Gathering Bank Aceh cabang Jakarta, di Grand Ballroom, Hotel Mulia, Jakarta Pusat, Senin (31/1/2022) malam.
Habanusantara.net, JAKARTA – Gubernur Aceh Nova Iriansyah selaku pemegang saham pengendali (PSP) Bank Aceh Syariah (BAS), secara resmi melakukan grand launching Kantor Cabang BAS di Jakarta, Senin (31/01/2022). Nova berharap agar BAS mampu bersaing dengan Bank lainnya di tingkat nasional yang sudah lebih dulu hadir di Jakarta.

“Sebagai pemegang saham pengendali, Saya berharap Bank milik Rakyat Aceh ini dapat terus tumbuh dan berkembang sebagaimana filosofi dalam Bunga Seulanga yang ada pada logo Bank Aceh. Dan juga dapat bersaing dengan bank-bank lain yang telah lebih dahulu hadir di tengah pusat kota Jakarta,” kata Gubernur Aceh pada acara Customer Gathering Bank Aceh cabang Jakarta, di Grand Ballroom, Hotel Mulia, Jakarta Pusat, 31 Januari 2022 malam.

Nova mengatakan, kegiatan bertemakan “The Wonder of Nanggroe” ini menandai puncak acara bagi kehadiran BAS di Jakarta. Seperti diketahui bersama, pada tanggal 20 Desember 2021 lalu, sudah dilakukan soft opening BAS cabang Jakarta yang berlokasi di Jalan HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat.

“Tentunya ini menandai ekspansi aktivitas perekonomian Aceh di pusat ibu kota negara. Capaian ini sekaligus menjadi kebanggaan tersendiri bagi seluruh pemegang saham BAS, yaitu Pemerintah Aceh, dan kabupaten/kota di seluruh Aceh,” katanya.

Ia menyebutkan, BAS Cabang Jakarta merupakan representasi dukungan Pemerintah Aceh terhadap aktivitas layanan transaksi perbankan di tengah persaingan yang sengit di sektor perbankan. Karena itu, kehadirannya harus mampu memberikan dukungan bagi akselerasi pengelolaan keuangan, baik kepada sektor privat, swasta, maupun pemerintah daerah.


“BAS Jakarta harus mampu menjadi representasi bagi kemajuan perekonomian Aceh,” sebutnya.

Apalagi kata Nova, persaingan antarbank akan semakin ketat dengan kehadiran teknologi keuangan (financial technology/fintech) yang lebih praktis digunakan oleh masyarakat. Pengembangan teknologi informasi di sektor perbankan terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman serta nasabah yang tinggi ekspektasinya terhadap layanan perbankan.

“Alhamdulillah, BAS sebagai salah satu lembaga keuangan yang menjadi pionir bagi tranformasi perbankan syariah, telah melakukan transformasi pada jalur dan waktu yang tepat,” kata Gubernur.

Gubernur Aceh mengatakan, BAS dalam beberapa tahun terakhir juga telah mampu menghadirkan sejumlah layanan transaksi berbasis digital, yang telah familiar dengan aktivitas transaksi sehari-hari.

“Layanan transaksi seperti Action Mobile Banking, Integrasi Quick Response Indonesian Standard (QRIS), Uang Elektronik (Pengcard), Kartu Debit dan lainnya, telah menjadi produk andalan yang saat ini sangat diminati oleh nasabah maupun masyarakat Aceh,” katanya.

Selain itu, Nova juga menjelaskan terkait dengan tema acara “The Wonder Of Nanggroe” itu, terinspirasi oleh keajaiban yang dimiliki oleh Aceh, yang merupakan sebuah tanah tempat sejuta catatan sejarah dan keajaiban pernah terjadi.

“Aceh mencapai kejayaannya di abad ke enam belas pada masa Sultan Iskandar Muda. Di bawah kekuasaannya, Aceh berhasil menaklukkan Pahang, yang merupakan sumber timah utama dan melakukan penyerangan terhadap Portugis di Melaka,” jelasnya.

Sosok nomor satu Aceh itu menambahkan, ‘The Wonder Of Nanggroe’ juga menghadirkan Kupiah Meuketop sebagai simbol utama. Simbol ini memiliki filosofi mendalam bagi Masyarakat Aceh. Warna yang dipakai memiliki makna tersendiri, merah melambangkan kepahlawanan, kuning kerajaan, hijau agama, hitam ketegasan, dan putih bermakna keikhlasan, yang kemudian menjadi rambu kehidupan masyarakat Aceh hingga saat ini.

“Maka di hari yang berbahagia ini, Saya atas nama Gubernur Aceh tentunya mengharapkan dukungan dari seluruh pihak untuk dapat bersinergi dan berkolaborasi dalam mendukung tumbuh kembangnya potensi ekonomi Aceh bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.

Sementara itu Direktur Utama PT Bank Aceh Syariah (BAS), Haizir Sulaiman MH, mengatakan, sebagai lembaga keuangan yang telah menjadi inspirasi bagi lahirnya bank daerah, dan transformasi ke sistem perbankan syariah, BAS akan terus meningkatkan layanan dalam menyambut era baru layanan transaksi keuangan.

Haizir juga menceritakan, perjalanan sejarah BAS dari NV Bank Kesejahteraan Aceh melalui banyak halangan dan rintangan, tebing curam nan melelahkan. Pun demikian, semua tantangan tersebut mulai dari konflik Aceh, krisis moneter hingga tsunami 2004 dapat dilalui oleh BAS hingga berhasil membuka cabangnya di Jakarta, saat ini.

“Kehadiran kami di ibu kota akan menjadi awal baru dalam menggapai visi menjadi Bank Syariah Terdepan dan Terpercaya dalam Pelayanan di Indonesia, dan menjadi cabang ke 26 Bank Aceh,” ujarnya.

The Wonder of Nanggroe, tambah Haizir menjadi semangat atau spirit sekaligus simbol bagi BAS di masa yang akan datang, dengan mengikuti jejak kejayaan Aceh di masa lalu. “BAS akan menjadi bagian lembaga keuangan yang mampu bersaing dengan bank-bank nasional. Dan juga menjadi bagian penting bagi arah pengembangan perbankan syariah dan pembangunan ekonomi nasional,” kata dia.

Sementara itu, Tokoh Masyarakat Aceh, Mustafa Abubakar yang juga mantan Pj. Gubenur Aceh mengajak seluruh paguyuban Aceh di Jakarta untuk membuka rekeningnya di bank Aceh, terutama masyarakat Aceh yang saat ini berada di bawah asuhan Taman Iskandar Muda (TIM).

“Kita juga meminta dukungan dari organisasi masyarakat Aceh lainnya di Jakarta. Dengan begitu, BAS akan mampu berkembang cepat,” jelasnya.

Mustafa juga mengingatkan, sebagai daerah “Modal dan Model”, Aceh harus mampu berkembang dan bersaing di tengah ibukota, termasuk kehadiran BAS di tengah-tengah ibukota, yang sejak lama diharapkan masyarakat Aceh di perantauan.

Turut hadir Plt Kepala Sekretariat Wakil Presiden RI, Prof. Erani Yustika, Sekjen DPR RI, Dr Indra Iskandar, Wali Nanggroe Aceh, PYM Tgk Malik Mahmud Al-Haytar, anggota Dewan Perwakilan Daerah RI Aceh, Ketua DPRA, H. Dahlan Djamaluddin, S.IP, para Bupati dan Walikota Aceh, Ketua DPRK Kabupaten/Kota Aceh, Ketua TP PKK Aceh, Ir Dyah Erti Idawati, MT, Dirjen Bina Adminitrasi Kewilayahan Kemendagri, Dr Syafrizal ZA, Sekda Aceh, dr Taqwallah M.Kes, Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia, Arief Hartawan, Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh, Almuniza Kamal SSTP MSi, dan sejumlah tamu kehormatan dan undangan lainnya[Is/*]
close