Habanusantara.net, Samalanga- Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Ditjen Pendis Kemenag RI, Dr H Waryono Abdul Ghafur meresmikan Marhalah Tsaniyah atau jenjang pendidikan setingkat pasca sarjana Ma'had Aly Mudi Mesra Samalanga Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh.
Marhalah Tsaniyah dengan program studi takhassus Fiqh Wa Ushuluh perdana di Indonesia di luar Pulau Jawa, dan satu-satunya di Sumatera.
Peresmian tersebut turut dihadiri Abu Syech H Hasanoel Basry (Abu Mudi), Kakanwil Kemenag Aceh Dr H Iqbal SAg MAg, Kadis Pendidikan Dayah Aceh H Zahrol Fajri SAg MH, Mewakili Bupati Bireuen Dr Mukhtar, Kakankemenag Bireuen Drs H Zulkifli Idris MPd, Kabid PD Pontren Drs H Maiyusri MA dan Mudir Ma'had Aly Tgk H Zahrul Fuadi/Abi Zahrul, sejumlah kalangan pesantren di Aceh dan muspika setempat.
Dalam sambutannya Direktur PD Pontren mengatakan Mahad Tsaniyah menjadi tempat rujukan belajar Islam yang bersanad, bagaimana terkait belajar sesungguhnya.
"Karena sejak berkembangnya IT,banyak yang hanya belajar melalui medsos, yang seharusnya melalui karya ulama dan terbukti. Jadi kita harus menambah pengetahuan, stock of knowledge. Ibarat motor tak punya BBM, maka proses perjalanan dan roda kehidupan akan mandek," ucap Waryono.
Ia mengatakan, para mahasantri bukan saja gagah berorasi, tapi setelah diukur ilmunya sangat kurang. Ini yang sebaiknya diperhatikan, betapa ilmu itu harus dituntut.
"Sehingga bila yang disampaikan, namun tak punya ilmu yang tidak mendasar dan fundamental. Maka banyak terjadi ketimpangan," katanya.
Seiring berkembang zaman dan berjalan waktu, kita di dorong untuk terus menambah pengetahuan.
"Kami kemenag berkomitmen untuk meningkatkan satuan mutu di Pesantren, meski kami percaya itu akan tetap berjalan sebagaimana telah berjalan. Semoga kehadiran kami bisa menambah stamina." harapnya.
Kakanwil Kemenag Aceh, Dr H Iqbal SAg MAg menyampaikan patut bersyukur dari 60 Mahad Aly yang tersebar di Indonesia, 6 Mahad Aly ada di Aceh, yaitu Mahad Aly Mudi Mesra Samalanga, Mahad Aly Darul Munawwarah Kuta Krueng, Mahad Malikussaleh Panton Labu, Mahad Aly Babussalam Alhanafiyah Matangkuli, Mahad Aly Darul Muarif Cot Trueng Aceh Utara dan Ma'had Aly Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan.
Ia mengatakan hadirnya Marhalah Tsaniyah ini merupakan hasil perjuangan dan koordinasi yang baik lintas sektoral, didukung pihak pondok pesantren di Aceh, para ulama, sehingga program dapat terwujud.
"Ini sekaligus menjadi hadiah dan anugerah bagi kita semua masyarakat Aceh, khususnya kalangan dayah, semoga mampu melahirkan tokoh dan para ulama. Sehingga kehadiran Mahad ini dirasakan manfaatnya bagi umat," kata Iqbal.
Ia menjelaskan Mahad Aly memiliki peran strategis dalam membangun bangsa sekarang dan di masa mendtang, terutama terhadap dukungan program pemerintah di bidang keagamaan dan kepesantrenan.
Kita berharap semua alumni Mahad Aly bisa mengisi kebutuhan masyarakat terhadap ulama yang mumpuni dan berintegritas, serta menjadi teladan sesuai zaman.
Selain itu, kami mengharapkan keberadaan Ma'had Aly juga mampu menjaga nilai-nilai dan tradisi pesantren yang tumbuh dan berkembang seiring hadirnya pesantren itu sendiri, terutama tercermin pada disiplin keilmuan dan ketrampilan.
Upaya serius dari pihak pesantren atau jajaran civitas akademika untuk memberikan informasi dan sosialisasi terhadap keberadaan Ma'had Aly dan eksistensinya dalam menjaga ajaran agama dan keutuhan bangsa sangat diperlukan.
Sebab itu, Kemenag Aceh juga akan terus memberikan perhatian dan pengawasan terhadap pelaksanaan, keberlanjutan pendidikan dan kemajuan Ma'had Aly di Aceh, tentu dengan dukungan dan kebersamaan kita semua.
Sementara, Kadis Pendidikan Dayah Aceh, Zahrol Fajri mengatakan berbahagia dan gembira adanya SK marhalah tsaniyah ini.
"Kita pantas untuk terus bersyukur, dan kita manfaatkan sebaik mungkin, bapak direktur PD Pontren hadir, artinya betapa pentingnya memikirkan dan pengembangan umat," katanya.
Dengan diresmikan ini, supaya ke depan punya kualitas yang baik, dan memudahkan bagi kalangan dayah untuk menempuh pendidikan.
Sedangkan Direktur Marhalah Tsaniyah, Aba Sayed, berterimakasih kepada semua pihak yang turut mendukung dan memberikan sumbangsih terhadap penyelenggaraan Marhalah Tsaniyah di Mudi Mesjid Raya Samalanga.
"Kami sangat terharu, semoga Allah jadikan dan balas sebagai amal shaleh yang bermanfaat dunia akhirat," kata Aba.
Ia menjelaskan bahwa pesantren Mudi Mesjid Raya merupakan salah satu pesantren tertua di Aceh, pendirian ponpes ini bersamaan dengan didirikan masjid raya di komplek pesantren sekitar tahun 1610 oleh Raja Sultan Iskandar Muda, sejak itu pondok ini sudah dimulai.
Sejak pesantren dipimpin Abon Abdul Azis, beliau sudah mulai membuat kelas belajar, dan ujian triwulan. "Dan sekarang Abu meningkatkan perubahan, sehingga tahun 2003 sudah dilakukan penyelenggaraan Muadalah di Mudi Mesjid Raya, yang izinnya tahun 2010," katanya.
Kemudian tahun 2016 menjalankan program Mahad Aly dengan jumlah mahasantri 267 orang hingga saat ini, serta 40 orang lulusan sarjana. Sekarang ada 4.897 santri di semua jenjang di Pesantren Mudi Mesjid Raya Samalanga, kata Aba.
Lahirnya Mahad Tsaniyah dengan SK Dirjen Pendidikan Islam, nomor 1441 tahun 2021.[]