-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Terkait Pasien Lumpuh Asal Aceh Timur, RSUDZA : Belum Ada Teknologi Medis yang Dapat Menyembuhkannya

31 Desember 2019 | Desember 31, 2019 WIB | Last Updated 2019-12-31T15:58:47Z

Habanusantara.net, Banda Aceh - Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh akhirnya ‘angkat’ tangan untuk pengobatan Nurfadhillah, 42 tahun, janda dua anak warga Gampong Bagok Panah Lhee, Kecamatan Darul Aman, Aceh Timur yang mengalami kelumpuhan pasca melahirkan anak kedua delapan tahun.

Nurfadhillah sempat viral di media sosial dan media massa karena aktivitasnya menggoreng kerupuk dilakukannya dalam posisi telungkup akibat kelumpuhan dideritanya.

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zaionel Abidin Banda Aceh, Dr. dr. Azharuddin, Sp.OT, K-SPINE, FICS menyebutkan pasien kini masih di RSUDZA Banda Aceh. Hasil pemeriksaan tim medis, kelumpuhan pasien tidak bisa diobati karena fungsi saraf dari pinggang ke kaki padam total.

Menurut Azharuddin, Nurfadhillah mengalami tumor jinak pada sumsum tulang belakang, juga terdapat 5 persoalan yakni tidak berasa, tidak bisa gerak, tidak bisa mengontrol buang air kecil, buang air besar dan tidak bisa mengontrol fungsi seksual.
pasien Nurfadillah di salah satu ruangan rumah sakit, (Foto : Serambinews)
Untuk kasus pasien lumpuh ini, ditangani oleh tim medis terdiri dari beberapa ahli yakni Ahli Bedah Saraf, Ahli Saraf, Radiologi, Rehab Medik, Orthopedi dan juga manajemen. Kata Azharuddin, tim medis yang menangani pasien sudah bekerja maksimal, namun belum ada teknologi medis didunia yang dapat menyembuhkan kelumpuhan seperti pasien ini, kecuali ada keajaiban Allah SWT.

“Jadi, tidak benar apa yang disampaikan masyarakat melalui media sosial bahwa RSUDZA tidak bekerja maksimal,” kata dr. Azharuddin didampingi Wadir Pelayanan Dr. dr. Endang Mutiawati, Sp. S (K) dan para dokter ahli yang menangani Nur Fadhillah dalam konferensi pers disalah satu ruangan di RSUDZA, Banda Aceh, Selasa (31/12/2019).

Ia menambahkan, terhadap 5 persoalan yang diterita pasien lumpuh asal Aceh Timur itu, apakah dengan tindakan operasi bisa tidak memulihkan semuanya atau salah satu saja dari 5 persoalan itu, dr. Azharuddin menjelaskan, tumor yang diderita oleh ibuk ini apapun yang dilakukan secara teori tidak ada satupun dari lima itu akan ada perbaikan.



Terkait tumor tersebut, Azharuddin menyebutkan tim medis sudah memutuskan tidak ada manfaat apabila dilakukan operasi, disamping di takutkan ada resiko-resiko yang justru kita melakukan sesuatu yang tidak perlu.

"Itulah pertimbangannya, akhirnya tim medis memutuskan tidak mengangkat tumor tersebut karena tidak termasuk berbahaya, karena tumor jinak itu sudah 8 tahun disitu. Kalau diangkat banyak berisiko terhadap pasien hingga bisa menyebabkan kematian. Kami sudah menjelaskan ini kepada pasien dan keluarganya," terang Azharuddin.

Tidak disarankan Rujuk Ke Rumah Sakit Lain.
Lebih lanjutnya, Direktur RSUDZA itu menerangkan, terkait kasus kelumpuhan yang dialami Nur Fadhillah itu, top referral hospital melihat kasus ini apakah mampu kita tangani disini, atau di rujuk.

Katanya, penanganan terhadap pasien Nur Fadhillah juga sudah maksimal, tidak pun menyarankan dirujuk ke center lain misalnya ke Jakarta, atau ke Luar Negeri. Dengan pertimbangannya tidak ingin membuat lelah energi dan menghabiskan biaya dengan out come daripada hasilnya sama dengan yang kita putuskan.

“Tim yang putuskan disini adalah tim yang lengkap yaitu bedah saraf, radiologi dan rehab medik, orthopedic dan juga manajemen. Kita semua satu keputusan, kecuali ada second opinion diantara tim kami ada yang menyarankan, akan tetapi ini solid dan sama pemahamannya. Kalau ada salah satu saja yang menyarankan, maka akan dipertimbangkan,” ungkap dr. Azharuddin didampingi oleh para dokter ahli yang menangani Nur Fadhillah itu.

Ia juga mengatakan, apabila keluarga juga ingin merujuk ke Rumah Sakit lain, itu adalah hak pasien, RSUDZA akan tanggung 1 pasien 1 pendamping. Ia yakin, dengan penjelasan yang ia sampaikan, keluarga tidak akan membuat lelah dengan membawa pasien ke tempat lain yang belum bisa tertangani dan tidak perlu antri seperti ini jauh hal-hal lebih menyusahin. “Kalau kami sarankan tidak usah dirujuk kemana-mana,” kata Azharuddin.

Azharuddin menyatakan pasien NurFadhillah yang dirawat sejak 10 Desember 2019 lalu sudah bisa dipulangkan karena penanganan medisnya sudah selesai.

"Pasien atas nama Nurfadhillah, Penangan medis pasien sudah selesai dan kelumpuhannya tidak bisa diobati. Kapan pasien siap dipulangkan akan diantar,” pungkasnya.


Solusi Untuk Pasien
Dari penanganan medis yang dilakukan dirumah sakit dr. Zainoel Abidin, kata Azharuddin ada perubahan, pasien yang dulunya beraktivitas telungkup, sekarang sekarang mungkin bekerja dalam posisi duduk di kursi roda.

Selama ini pasien banyak dirumah karena tidak ada yang tolong bantu-bantu, jadi sekarang mungkin kursi roda bahkan ada yang elektrik menggunakan remot control namun agak mahal.

Untuk mendapatkan kursi roda, kata Direktur RSUDZA ini dirumah sakit menangani pasien BPJS, kursi roda ditanggung dibiayai oleh Dinas Kesehatan, dan pada pasien ini sudah diberikan.

“Kita mengharapkan kepada publik, kalau mau memberikan kursi roda elektrik yang ada remot control tentu saja kita sangat mengapresiasi, karena dari dari rumah sakit sendiri kami tidak bisa membantu karena memang tidak ada didalam pembiayaan dari kami,” ujarnya.[Ismail]

close