HN-Banda Aceh – Penanganan lanjut usia (Lansia) yang efektif dan efisien tidak boleh lagi hanya bertumpu pada satu intansi atau lembaga saja, melainkan harus melibatkan berbagai pihak hingga ke tingkat kabupaten/kota harus diadvokasi dan diasistensi untuk perubahan pelayanan yang kontemporer dan komprehensif
Hal itu disampaikan Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia (Lansia) Kementrian Sosial RI Drs Andi Hanindito, M.Si saat menjadi pemateri pada kegiatan “Bimbingan Teknis Penguatan Kapasitas Pendamping Lansia Tahun 2019” yang diselenggarakan oleh UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang (RSGS) Dinas Sosial Aceh di salah satu hotel di Banda Aceh, Jumat (25/4/2019).
“Salah satunya adalah dinas kesehatan. Dinas kesehatan juga harus terlibat secara langsung, karena kawasan yang ramah lansia adalah lansia yang hidupnya sehat lahir dan batin,” katanya.
Menurut Andi, pelayanan lansia yang kontemporer artinya melebihi pelayanan yang sesungguhnya maka dari itu perubahan menjadi penting terhadap pelayanan lansia, baik itu perubahan layanannya, sasarannaya, orangnya, perubahan keluarganya, lembaganya atau perubahan programnya.
“Kebetulan untuk Dinas Sosial Provinsi Aceh sudah beberapa kali mengajukan semacam perubahan itu, saya mohon untuk dilanjutkan ke depan dan perubahan ini pasti akan berdampak pada nilai positif, karena kalau perubahan itu lebih komprehensif pasti akan lebih positif,” jelasnya.
Andi menilai, Dinas Sosial Provinsi Aceh telah berbuat banyak dalam upaya memperbaiki pelayanan lansia ke arah yang lebih baik. Namun dia mengatakan, perubahan itu tidak bisa dilakukan seketika melainkan butuh waktu untuk melakukan perbuahan itu sendiri.
“Untuk Aceh saya melihat sudah cukup bagus, namun tetap harus ditingkatkan perlahan-lahan,” katanya.
Sementara itu Kepala UPTD RSGS Dinas Sosial Aceh Intan Melya mengatakan, pelayanan rehabilitasi terhadap lansia di UPTD RSGS sudah banyak sekali perubahan dan akan terus ditingkatkan, baik itu anggaran maupun pelayanan.
Menurutnya, sudah banyak sekali program-program baru yang mereka terapkan dalam upaya peningkatan pelayanan lansia kea rah yang lebih baik, terutama di pelayanan medis, mental dan rohani.
“Jadi lebih kepada mempersiapkan mental lansia, seperti pembinaan agama, rekreasi-rekreasi yang kita lakukan, soft kill dan juga banyak kegiatan keagamaan yang kita ikutkan, bahkan tidak hanya lansia yang ada di panti kita, melainkan juga lansia yang ada di sekitarnya. Kemudian terkait dengan sarana dan prasarana juga terus kita tingkatkan. Lansia kita mendapatkan pelayanan layaknya di rumah sendiri, walaupun mereka tidak ada lagi keluarga, namun kitalah keluarga lansia di Aceh ini,” ujar Intan.
Kegiatan yang dibuka oleh Sekretaris Dinas Sosial Aceh Devi Riansyah itu mengikutkan peserta dari pengasuh UPTD RSGS itu sendiri, UPTD Rumoh Sejahtra Jroh Naguna (RSJN), UPTD Rumoh Sejahtra Beujroh Meukarya (RSBM), dan UPTD Rumoh Seujahtra Aneuk Nanggroe (RSAN).
Turut hadir Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Isnandar, Kepala Bidang Penanganan Fakir Miskin Cut Aja Muzita, Kepala UPTD RSAN Abdul Jabbar, dan sejumlah pejabat dan pegawai Dinas Sosial Aceh lainnya. []
Hal itu disampaikan Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia (Lansia) Kementrian Sosial RI Drs Andi Hanindito, M.Si saat menjadi pemateri pada kegiatan “Bimbingan Teknis Penguatan Kapasitas Pendamping Lansia Tahun 2019” yang diselenggarakan oleh UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang (RSGS) Dinas Sosial Aceh di salah satu hotel di Banda Aceh, Jumat (25/4/2019).
“Salah satunya adalah dinas kesehatan. Dinas kesehatan juga harus terlibat secara langsung, karena kawasan yang ramah lansia adalah lansia yang hidupnya sehat lahir dan batin,” katanya.
Menurut Andi, pelayanan lansia yang kontemporer artinya melebihi pelayanan yang sesungguhnya maka dari itu perubahan menjadi penting terhadap pelayanan lansia, baik itu perubahan layanannya, sasarannaya, orangnya, perubahan keluarganya, lembaganya atau perubahan programnya.
“Kebetulan untuk Dinas Sosial Provinsi Aceh sudah beberapa kali mengajukan semacam perubahan itu, saya mohon untuk dilanjutkan ke depan dan perubahan ini pasti akan berdampak pada nilai positif, karena kalau perubahan itu lebih komprehensif pasti akan lebih positif,” jelasnya.
Andi menilai, Dinas Sosial Provinsi Aceh telah berbuat banyak dalam upaya memperbaiki pelayanan lansia ke arah yang lebih baik. Namun dia mengatakan, perubahan itu tidak bisa dilakukan seketika melainkan butuh waktu untuk melakukan perbuahan itu sendiri.
“Untuk Aceh saya melihat sudah cukup bagus, namun tetap harus ditingkatkan perlahan-lahan,” katanya.
Sementara itu Kepala UPTD RSGS Dinas Sosial Aceh Intan Melya mengatakan, pelayanan rehabilitasi terhadap lansia di UPTD RSGS sudah banyak sekali perubahan dan akan terus ditingkatkan, baik itu anggaran maupun pelayanan.
Menurutnya, sudah banyak sekali program-program baru yang mereka terapkan dalam upaya peningkatan pelayanan lansia kea rah yang lebih baik, terutama di pelayanan medis, mental dan rohani.
“Jadi lebih kepada mempersiapkan mental lansia, seperti pembinaan agama, rekreasi-rekreasi yang kita lakukan, soft kill dan juga banyak kegiatan keagamaan yang kita ikutkan, bahkan tidak hanya lansia yang ada di panti kita, melainkan juga lansia yang ada di sekitarnya. Kemudian terkait dengan sarana dan prasarana juga terus kita tingkatkan. Lansia kita mendapatkan pelayanan layaknya di rumah sendiri, walaupun mereka tidak ada lagi keluarga, namun kitalah keluarga lansia di Aceh ini,” ujar Intan.
Kegiatan yang dibuka oleh Sekretaris Dinas Sosial Aceh Devi Riansyah itu mengikutkan peserta dari pengasuh UPTD RSGS itu sendiri, UPTD Rumoh Sejahtra Jroh Naguna (RSJN), UPTD Rumoh Sejahtra Beujroh Meukarya (RSBM), dan UPTD Rumoh Seujahtra Aneuk Nanggroe (RSAN).
Turut hadir Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Isnandar, Kepala Bidang Penanganan Fakir Miskin Cut Aja Muzita, Kepala UPTD RSAN Abdul Jabbar, dan sejumlah pejabat dan pegawai Dinas Sosial Aceh lainnya. []