-->
Sabtu 19 Jul 2025

Notification

×
Sabtu, 19 Jul 2025

Iklan

Iklan

Si Putih Bercangkang (Tiram), Pemberi Rezeki Bagi Warga Pesisir Kuala Langsa

17 April 2021 | April 17, 2021 WIB | Last Updated 2021-04-25T18:17:52Z

 


Kuala langsa merupakan sebuah desa pesisir yang terletak di bagian barat Kota Langsa, provinsi Aceh. Desa ini telah mengalami beberapa kali perubahan nama, yang dimana awalnya desa ini bernama Putroe Ijo pada tahun 1928 s/d 1960 kemudian berganti nama menjadi Pulau Rawa pada tahun 1961 s/d 1979 dan akhirnya nama tersebut berubah menjadi Gp. Kuala

Langsa hingga sekarang. Dengan luas wilayah mencapai 1.600 Ha dan jumlah penduduk mencapai 1917 jiwa. Kuala Langsa memiliki beberapa tempat wisata, seperti Hutan Mangrove dan juga Pelabuhan Kuala Langsa, sehingga tempat ini banyak dikunjungi oleh banyak pengungjung dari dalam daerah maupun luar daerah.

Selain tempat wisata Kuala Langsa juga merupakan salah satu tempat penghasil tiram. Tiram adalah sejenis kerang – kerangan dengan cangkang berkapur serta tajam dan relative pipih.

Tiram juga merupakan salah satu makanan laut yang banyak memiliki manfaat dan nutrisi penting seperti, protein, vitamin, mineral dan asam lemak omega-3. Namun tiram lebih bernutrisi saat dimakan mentah. Tiram yang diambil harus dalam keadaan hidup dan
cangkangnya masih tertutup.

Karena cangkang tiram yang keras dan tertutup untuk membukanya harus hati-hati dengan menggunakan pisau dan sarung tangan. Selain dagingnya yang kaya nutrisi ternyata limbah dari cangkang tiram juga dapat dimanfaatkan loh, jika kita berjalan di sepanjang jalan Kuala Langsa pasti kita melihat tumpukan-tumpukan limbah cangkang tiram yang lumayan banyak. Padahal limbah cangkang tiram ini dapat di manfaatkan menjadi kerajinan tangan dan pakan ternak, namun sangat disayangkan di kuala langsa para masyarakat belum mengetahaui bagaimana cara mengolah limbah cangkang tersebut.

Selama ini limbah cangkang tersebut dibiarkan begitu saja, padahal jika limbah cangkang ini diolah oleh masyarakat dapat menambah penghasilan mereka.Di beberapa daerah tiram ini dibudidayakan sehingga hasilnya dapat di panen, namun di kuala langsa tiram ini tidak dibudidayakan, tiram ini tumbuh dengan banyak di sekitaran perairan kuala langsa, terutama di tepi pantai dan kolam-kolam yang berlumpur. Namun, walaupun tiram ini tumbuh banyak di Kuala Langsa bukan lah hal yang mudah untuk mencarinya.

Para pencari tiram harus pergi ke laut menggunakan kapal dan menghadapi cuaca laut yang tidak dapat diprediksi. Karena kebutuhan ekonomi yang semakin lama semakin banyak, maka mau tidak mau mereka harus menghadapi itu semua, demi mencukupi kebutuhan ekonomi mereka.

Mayoritas penduduk Kuala Langsa yang mencari tiram adalah ibu-ibu. Biasanya mereka pergi mencari tiram pada saat air laut mulai surut dan pulang ketika air laut mulai pasang, karena ketika air laut surut tiram terlihat lebih jelas diatas permukaan lumpur, hal itu dapat memudahkan ibu-ibu untuk mencarinya. Mereka juga pergi mencari tiram secara berkelompok, biasanya untuk yang berkelompok terdiri dari 10 orang dengan menyewa kapal khusus pencari tiram dan membayar uang sewa kapal Rp25.000 /orang, tetapi ada juga yang memilih pergi

sendiri dengan perahu atau sampan yang mereka miliki.Lalu bagaimana sih proses pengolahan tiram tersebut?

Nah, tidak seperti di daerah lain yang dimana tiram tersebut langsung dikupas ditempat mencarinya. Dikuala sendiri tiram yang sudah di cari harus di rebus atau disale (Teknik pengasapan) terlebih dahulu sampai cangkang tiram sedikit terbuka sehingga memudahkan untuk mengupasnya. Kemudian setelah itu barulah tiram tersebut dapat dijual.

Biasanya masyarakat menjual di pinggiran jalan atau di jual kepada toke (pengepul). Namun semenjak masa pandemi covid-19 ini, tidak banyak pengunjung yang datang ke Kuala Langsa, hal tersebut membuat para ibu-ibu tidak memungkinkan untuk berjualan, karena hal tersebut pula banyak warga lebih memilih menjual kepada toke. Padahal jika mereka menjual sendiri mereka bisa menjual dengan harga yang lebih tinggi darapada menjualnya kepada toke (pengepul).Tiram memiliki harga yang ekonomis, harga tiram berkisar dari Rp25.000 s/d Rp35.000 perkg.

Biasanya para ibu -ibu dalam sehari bisa mendapatkan 3-5 kg tiram yang telah dikupas dengan pendapatan tersebut para ibu-ibu dapat membantu perekonomian keluarga mereka dan mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Terutama pada hari libur lebih banyak pengungjung yang datang dan memadatin kawasan Kuala Langsa, pada saat itulah ibu-ibu memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menjual tiramnya.
Salah satu masyarakat yang telah lama mencari tiram adalah ibu Nilawati atau biasanya di panggil wak Ti,. “saya sudah sangat lama mencari tiram ini sekitaran 20 tahun, allhamdulillah dengan adanya keberadaan tiram ini sangat membantu perekonomian keluarga saya dan saya dapat menghidupi ketujuh anak saya”, ujar Nilawati.

Dengan adanya tiram ini perkonomian masyarakat kuala langsa sangat terbantu. Maka dari itu kita sebagai manusia harus bersyukur dan menjaga alam sekitar kita, serta memanfaatkan sumber daya alam yang ada dengan sebaik-baiknya, jika kita mampu melakukan hal tersebut maka akan dapat memberikan berkah dan dampak positif bagi kita semua. Dan kita juga berharap agar masa pandemic covid-19 ini cepat berlalu, sehinnga dapat memulihkan perekonomian masyarakat.


Nama Vinna vanesa
Status Mahasiswi program studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN langsa. 

close