-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Orang Tua Balita Kembar Siam Haru dan Berterimakasih Pada Pemerintah Aceh

04 Desember 2019 | Desember 04, 2019 WIB | Last Updated 2019-12-04T14:39:44Z

Habanusantara.net, Banda Aceh - Siti Khadijah tampak tersedu. Air matanya mulai berlinang di kedua pipi saat sejumlah dokter bergantian memeluknya. Khadijah adalah ibu dari bayi kembar siam asal Aceh Tenggara, Fitri Sakinah dan Fitri Rahmawati. Selama empat tahun terakhir, kedua bocah itu dirawat oleh tim dokter RSUP Dr. Sardjito di Yogyakarta.

Rabu, pekan pertama Desember 2019, tim dokter dari Yogyakarta itu mengalihkan pengasuhan bocah kembar siam tersebut kepada pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten Aceh Tenggara. Proses serah terima pengalihan asuh itu, diterima langsung oleh Wakil Bupati Aceh Tenggara dan sejumlah pejabat pemerintah Aceh di Pendopo Wakil Bupati setempat.

"Saya terharu sekali," ujar Khadijah menceritakan perasaannya. Dengan haru, dia mengungkapkan rasa syukur dan berterimakasih kepada pihak RSUP Dr. Sardjito atas pelayanan kesehatan yang diterima oleh kedua bocah kembarnya itu selama ini.

Sejak lahir pada tahun 2015 lalu, bayi kembar siam milik Khadijah bersama suaminya Syahbandi Putra, tidak dapat saling menatap saudara satu rahimnya karena terlahir dalam kondisi menempel di bagian kepalanya.

Saat lahir, si kembar itu langsung dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) untuk dirawat. Karena kondisi medis yang tidak memadai, mereka akhirnya dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito di Yogyakarta, hingga akhirnya dirawat selama empat tahun. Selama di sana, biaya perawatan ditanggung pemerintah pusat dan kedua orang tuanya diberikan pekerjaan.

Sakinah dan Rahmah kini sudah berusia empat tahun lima bulan. Mereka pun telah tumbuh dan berkembang. Tampak keduanya bisa berjalan sendiri, bicaranya banyak, dan pintar. Bahkan, kata dokter yang merawatnya, mereka juga memiliki intelegensi yang tinggi.

Menurut dokter, si kembar tidak dapat dilakukan operasi pemisahan, karena berisiko tinggi mengorbankan salah satu dari keduanya. Otak keduanya menyatu hampir 70 persen dan beberapa organ vital dari masing-masing anak itu saling tergantung satu sama lain.

Kini, setelah kembali ke Agara, perawatan si kembar akan dilanjutkan oleh tim dari RSUDZA dan RSUD Sahudin, Kuta Cane. Selama sebulan pertama, kebutuhan hidup mereka dan keluarga telah ditanggung oleh pemerintah Aceh melalui Dinas Sosial Aceh. Mulai dari, biaya hidup, kebutuhan dapur, peralatan rumah tangga dan kebutuhan sandang telah diserahkan oleh pemerintah.

Tak hanya itu, si kembar dan keluarganya juga menerima bantuan rumah layak huni dari pemerintah kabupaten Aceh Tenggara. Rumah tersebut dibangun di Desa Mahasingkil, Kecamatan Semadam. Arsitektur rumah, didesain berdasarkan arahan pihak RSUP Dr. Sardjito agar layak dan ramah bagi balita kembar siam itu.

Ayah kembar siam, Syahbandi Putra, mengaku terharu dan berterimakasih kepada pemerintah yang telah membantunya dalam merawat si kembar selama beberapa tahun ini. Sebagai seorang petani, ia merasa bantuan tersebut sangat membantu meringankan beban hidupnya.

"Waktu di Jogja pelayanan sangat bagus, semua ditanggung pemerintah. Dan saat pulang ke sini pun, pemerintah Aceh dan pemkab masih membantu kami dengan menyediakan rumah dan seluruh isinya. Kami hanya bisa mengucapkan terimakasih," kata Syahbandi.
close