-->

Notification

×

Iklan

Iklan

GM Angkasa Pura II, Indra Gunawan: Bandara SIM Dalam Tahap Pengembangan

20 September 2019 | September 20, 2019 WIB | Last Updated 2019-09-20T22:09:39Z

HN- Banda Aceh- Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Aceh, saat ini sedang berinvestasi  pengembangan atau memperluas kapasitas ruang tunggu penumpang di Bandara Sultan Iskandar Muda, yakni dari 1,3 juta hingga mencapai 2 juta penumpang. Hal itu mengingat mendatang,  Aceh  akan menjadi tuan rumah pada  Pekan Olahraga Nasional (PON) Pada 2024.

Hal tersebut disampaikan General Menejer (GM), Angkasa Pura II Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Aceh, yang baru, Indra Gunawan, dengan awak media, usai malam lepas sambut bersama dengan GM, Yos Suwagiyono, di hotel Hermes Palace, Banda Aceh, Sabtu (20/08/2019) malam.

Selain itu dikatakannya, dari sisi parkir, Bandara SIM, juga akan memperluas lahan parkir.

Menurut GM, Indra, salah satu dampak dari kerugian Bandara SIM, yakni dari sisi penyusutan serta minimnya penumpang. 

Namun dikatakannya, dari data tahun 2018, para penumpang penerbangan Bandara SIM, hingga kemarin terjadi peningkatan, yakni berkisar 2 juta penumpang.

"Kita akan terus melakukan peningkatan kapasitas pergerakan penumpang Bandara SIM," tuturnya.

Selanjutnya, GM Indra Gunawan, menyebutkan dengan dilakukannya pembangunan peningkatan kapasitas ruangan tunggu penumpang Bandara SIM, diharap mampu memperkecil angka kerugian itu.

"Kita patut bersyukur karena sebelumnya, pak Yos sudah melakukan investasi senilai 435 miliar untuk pengembangan Bandara SIM menuju PON tahun 2024. Artinya, dalam perjalanannya Aceh nantinya, benar-benar sudah harus siap dalam pelaksanaan PON.

Sementara itu GM, yang lama Yos Suwagiyono, mengatakan sejauh ini pengembangan Bandara SIM, tinggal sedikit  lagi, banyak hal pengembangan yang sudah dan harus dilakukan seperti, airside, airport, serta terminal.

"Mudah mudahan, sebelum tahun 2024 Aceh sebagai tuan rumah PON, Bandara SIM sudah rampung walaupun Aceh dibawah tekanan mengalami kerugian 42 miliar per 31 Desember 2018 lalu, penyebabnya karena minimnya penumpang di Aceh. 

Namun ketika ditanya terkait data pengunjung wisata domestik di Aceh lumayan besar. Yos mengatakan hal itu tidak luput dari berbagai persoalan yang timbul hingga Aceh dibuat sedemikian rupa seolah Aceh tidak aman dan nyaman untuk disinggahi dan berinvestasi.

"Jika dibandingkan dengan pulau Bali, panorama Aceh begitu lebih indah dan menarik. 'Bali tak ada apa-apanya, sangat jauh berbeda jika dibanding dengan Aceh," ungkapnya.

Namun menurut  Yos, hal itu bisa saja terjadi, dikarenakan masyarakat Aceh kurang kompak sehingga dengan mudahnya Aceh dipengaruhi oleh pihak luar, agar terkesan Aceh tidak aman dan kondusif hingga orang di luar Aceh takut menanamkan modalnya, hingga akhirnya secara ekonomi Aceh seterusnya mengalami keterpurukan. (hendra)













close