Novel Baswedan (Foto : Antara) |
Habanusantara.com, Jakarta - Tim Gabungan Pecari Fakta (TGPF) membeberkan sejumlah kesulitan dalam pengusutan kasus penyiraman air keras penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan. Juru bicara TGPF Nur Kholis menyebut, salah satu yang menyulitkan kerja timnya adalah buruknya kualitas rekaman kamera pengawas atau CCTV.
"Kalau saja CCTV kemarin agak terang, mungkin kasus ini tidak berkepanjangan," kata Nur Kholis di Gedung Bareskrim Mabes Polri, Jakarta Selatan pada Rabu, 17 Juli 2019. Ketika CCTV diperbesar resolusi gambarnya pecah, samar, dan tidak fokus.
Selain CCTV, Nur Kholis juga mengatakan bahwa minimnya saksi di lapangan turut mempersulit kerja timnya. Ia menuturkan, hampir tidak ada saksi. Bahkan Novel sendiri pun kesulitan mengidentifikasi pelaku yang mengenakan helm yang menutupi seluruh wajah.
Pada 11 April 2017, Novel Baswedan diserang dua orang tak dikenal sepulang dari salat subuh berjamaah di Masjid Ihsan di dekat rumahnya, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Kedua orang yang berboncengan dengan sepeda motor itu menyiramkan air keras ke wajah penyidik yang banyak mengusut kasus korupsi besar ini. Mata kiri Novel rusak hingga 95 persen dan harus menjalani operasi berkali-kali di Singapura.
Hingga masa tugas TGPF berakhir dan mengumumkan hasilnya pada 17 Juli 2019, investigasi gagal mengungkap pelaku penyerangan dan ataupun aktor intelektual gagal diungkap.
Menyikapi gagalnya pengungkapan kasus Novel Baswedan, Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian membentuk tim teknis lapangan sebagai langkah lanjutan pengusutan kasus penyerangan. Tim teknis akan dipimpin oleh Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Idham Azis.
Tim teknis bekerja setelah TGPF selesai. “Teknis lapangan spesifik itu hanya milik kami," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Mohammad Iqbal di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu, 17 Juli 2019.[Tempo]
"Kalau saja CCTV kemarin agak terang, mungkin kasus ini tidak berkepanjangan," kata Nur Kholis di Gedung Bareskrim Mabes Polri, Jakarta Selatan pada Rabu, 17 Juli 2019. Ketika CCTV diperbesar resolusi gambarnya pecah, samar, dan tidak fokus.
Selain CCTV, Nur Kholis juga mengatakan bahwa minimnya saksi di lapangan turut mempersulit kerja timnya. Ia menuturkan, hampir tidak ada saksi. Bahkan Novel sendiri pun kesulitan mengidentifikasi pelaku yang mengenakan helm yang menutupi seluruh wajah.
Pada 11 April 2017, Novel Baswedan diserang dua orang tak dikenal sepulang dari salat subuh berjamaah di Masjid Ihsan di dekat rumahnya, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Kedua orang yang berboncengan dengan sepeda motor itu menyiramkan air keras ke wajah penyidik yang banyak mengusut kasus korupsi besar ini. Mata kiri Novel rusak hingga 95 persen dan harus menjalani operasi berkali-kali di Singapura.
Hingga masa tugas TGPF berakhir dan mengumumkan hasilnya pada 17 Juli 2019, investigasi gagal mengungkap pelaku penyerangan dan ataupun aktor intelektual gagal diungkap.
Menyikapi gagalnya pengungkapan kasus Novel Baswedan, Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian membentuk tim teknis lapangan sebagai langkah lanjutan pengusutan kasus penyerangan. Tim teknis akan dipimpin oleh Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Idham Azis.
Tim teknis bekerja setelah TGPF selesai. “Teknis lapangan spesifik itu hanya milik kami," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Mohammad Iqbal di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu, 17 Juli 2019.[Tempo]