-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Kepala Dinas Sosial Aceh Buka Pemantapan Tagana 2018

08 Agustus 2018 | Agustus 08, 2018 WIB | Last Updated 2018-08-08T08:44:59Z

HN-Banda Aceh – Untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan dan sinergitas serta koordinasi Taruna Siaga Bencana (Tagana) Aceh, maka harus dilakukan pemantapan Tagana baik berupa pelatihan soft skill maupun hard skill.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Sosial Aceh, Drs. Alhudri, MM, saat membuka acara pemantapan Tagana Aceh 2018 di Hotel Grand Permatahati, Banda Aceh. Rabu (8/8/2018). Acara tersebut berlangsung dari 7-10 Agustus 2018.

Dalam sambutannya, Alhudri, mengatakan, bencana adalah peristiwa peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, non alam maupun manusia itu sendiri, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis lainnya.

“Perlu kita ketahui bahwa, bencana tidak dapat kita hindari namun resikonya yang dapat kita kurangi,” kata Alhudri.

Salah satu bentuk untuk mengurangi dampak resiko bencana, adalah membentuk program prioritas penanggulangan bencana di kabupaten/kota khususnya pada daerah rawan bencana, di samping itu menguatkan sinergitas dan integritas para Tagana dengan pemerintah kebupaten/kota di tingkat provinsi.

Menurut Alhudri, sejak awal pembentukan di akhir Maret 2004 dengan inisiaasi dan pembinaan kementerian Sosial RI, Tagan terus berkembang di daerah dan terus ditingkatkan kapasitasnya agar mumpuni dan professional melalui pembinaan dari dinas sosial provindsi dan dinas sosial kabupaten/kota.

Tuntutan profesionalisme ini adalah sebagai bentuk memberikan pelayanan perlindungan sosial yang harus diberikan kepada korban bencana dengan cepat dan tepat sasaran.

“Tagana Aceh yang terdiri dari tagana provinsi dan kabupaten/kota keberadaannya terus dirasakan secara positif di tengah masyarakat,” tutur Alhudri.

Alhudri melihat, intensitas Tagana Aceh dalam penanggulangan bencana di masyarakat cukup tinggi, mengingat Aceh sebagai daerah rawan bencana seperti gempa bumi, banjir bandang, longsor dan puting beliung, yang dalam beberapa bulan ke belakang kerap terjadi.

“Maka untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan dan sinergitas serta koordinasi tegana Aceh ke depan, maka harus mengikuti pelatihan-pelatihan soft skill dan hard skill melalui kegiatan pemantapan Tagana,” tambahnya.

Alhudri berharap, dengan kegiatan pemantapan Tagana tersebut dapat menjadi landasan pemahaman bagi Tagana dan seluruh masyarakat di daerah tentang kesiap siagaan, dan kesadaran tentang bahaya dan resiko bencana.[]
close